Skip to main content

MAKALAH ISU PERMASALAHAN REMAJA DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

tolong sisipkan komentar jika makalah ini membantu anda, untuk mendapatkan format makalah dalam bentuk mcrosoft word 7 dan pptnya, bisa anda klik gambar jasa pembuatan makalah lalu akan dibawa kehalaman fb ane, lalu inbox. .


MAKALAH KELOMPOK
ISU PERMASALAHAN REMAJA DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
(Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dengan dosen pengampu : Siti Nurlaila, S.Ps, M.Ps.)







Oleh :
Kelompok 10

1.        Nafees Albaroroh                       (14330011)
2.        Nurma Dwi Putri                        (14330028)
3.        Widya Retna Ningtyas               (14330020)
4.        Yunita Dwi Safitri                      (14330014)


JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2015

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.                  Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya.
2.                  Ibu selaku dosen pembimbing.
3.                  Kedua orang tua kami yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada kami.
4.                  Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini yang jauh dari sempurna baik dalam bentuk, dalam penyajian, maupun susunan kata-katanya. Hal ini mengingat segala keterbatasan yang ada pada diri penulis.
Untuk itu penulis mohon kritik dan sarannya agar dapat menjadi motivasi dan pelajaran bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.


Metro,  Mei 2015


Penulis








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Remaja seringkali dianggap sebagai kelompok yang “aneh”, karena dalam kehidupannya kelompok ini sering menganut kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berbeda atau bertentangan dengan kaidah-kaidah dan nilai yang dianut oleh orang dewasa terutama orang tuanya.  Dilihat dari demensi usia dan perkembangannya, nampak bahwa kelompok ini tergolong pada kelompok “tradisional” (masa peralihan) dalam pengertian remaja merupakan decade yang bersifat sementara yaitu rentang waktu antara usia anak-anak dengan usia dewasa, sehingga bisa dipahami bahwa pada setiap periode transisi selalu ada gejolak dan badai yang menyertai perubahan.  Dan masa transisi ini pulalah yang mengakibatkan remaja setelah mengalami gejolak dalam mencari identitasnya, meskipun gejolak pada setiap remaja memiliki kuantitas dan kualitas yang berbeda.
Perkembangan kepribadian seseorang termasuk remaja merupakan hasil hubungan dan pengaruh timbal balik secara terus menerus antara pribadi dengan lingkungannya, lingkungan sosial bagi kelompok remaja merupakan sumber inspirasi yang dapat memberikan kekuatan dan kekuatan fisik maupun kesehatan mental yang dapat merupakan upaya mencegah timbulnya gangguan perkembangan kepribadian. Sebaliknya lingkungan sosial yang tidak sehat, dapat pula menimbulkan gangguan dalam kesejahteraan mentalnya.  Pendidik diharapkan dapat mengatasi berbagai kesulitan remaja sehingga perkembangan kepribadiannya dapat berlangsung dengan baik.
Kegagalan remaja dalam melakukan tugas perkembangannya termasuk dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya sering menimbulkan konflik-konflik internal maupun konflik yang terjadi antar individu dan kelompok yang mengarah pada munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja.  Sehingga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perilaku menyimpang atau kenakalan yang sering muncul pada kelompok remaja sebenernya merupakan kompensasi dari segala kekurangan dan kegagalan yang dialaminya.
Memperhatikan permasalahan yang mungkin timbul dalam kehidupan masa remaja, pemahaman dan pemecahannya harus dilakukan secara interdisipliner dan antarlembaga.  Meskipun demikian, pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalanyang paling strategis, karena bagi sebagian besar remaja bersekolah dengan para pendidik, khususnya para guru, mereka itu paling banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dan bergaul.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1     Siapakah remaja itu?
1.2.2     Apa saja permasalahan yang timbul pada masa remaja?
1.2.3     Apa saja bentuk penyimpangan remaja?
1.2.4     Bagaimanakah implikasinya bagi pendidikan?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1     Mengetahui karakteristik remaja.
1.3.2     Mengetahui berbagai permasalahan yang timbul pada masa remaja.
1.3.3     Mengetahui bentuk penyimpangan remaja.
1.3.4     Mengetahui implikasi isu dan permasalahan remaja tersebut dalam pendidikan.






















BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Remaja
Berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Masa-masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. (Zakiah Darajat, 1990). Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah laki-laki dan perempuan berusia 10-19 tahun, dimana usia 12 tahun merupakan batas usia pubertas pada umumnya yaitu ketika secara biologis sudah mengalami kematangan seksual dan usia 20 tahun adalah usia ketika mereka pada umumnya secara sosial dan pisikologis mampu mandiri.
Jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa di mana seseorang yang masih berusia antara 12 tahun sampai dengan 22 tahun di mana pada masa ini Dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih dalam tahap mencari jati diri atau mencari identitas dari dirinya karna masih dalam masa perubahan menuju ke dewasa.

2.2  Permasalahan yang Timbul Pada Masa Remaja
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
A.    Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
B.     Ketidakstabilan emosi.
C.     Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
D.    Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
E.     Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
F.      Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
G.    Senang bereksperimentasi.
H.    Senang bereksplorasi.
I.       Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
J.       Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
(Fagan, 2006) Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja.
Sarwono (1994) faktor yang mempengaruhi perilaku remaja dibagi menjadi dua yaitu :
A.    Faktor pribadi, meliputi:
1)      Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi pemarah)
2)      Cacat tubuh
3)      Ketidakmampuan menyesuaikan diri.

B.     Faktor lingkungan, meliputi.
4)      Malnutrisi (Kekurangan gizi)
5)      Kemiskinan di kota-kota besar
6)      Gangguan lingkungan (polusi, bencana alam, kecelakaan lalulintas)
7)      Migrasi (urbanisasi, pengungsi karena perang)
8)      Faktor sekolah ( kesalahan pendidikan, faktor kurikulum)
9)      Keluarga yang tercerai berai (perceraian, perpisahan yang terlalu lama)
10)  Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga (kematian orangtua, orangtua sakit, atau orangtua yang tidak harmonis)

2.3  Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang Remaja
Gunarsa (1986) prilaku menyimpang terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
A.    Penyimpangan bersifat amoral dan asosial yang tidak diatur dalam Undang-undang (tidak termasuk pelanggaran hukum),misalnya: membolos, kabur dari rumah, pakaian Tidak senonoh, dll.
B.     Penyimpangan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum kenakalan ( remaja / delequensi) misalnya: pembunuhan, judi, memperkosa.
Contoh perilaku menyimpang yang sering terjadi pada remaja :
1)      Suka bolos sekolah
2)      Tidak suka bergaul
3)      Berbohong
4)      Suka berkelahi/mengganggu teman
5)      Suka merusak fasilitas
6)      Sering mencuri barang orang lain
7)      Suka mencari perhatian
8)      Ugal-ugalan/kebut-kebutan di jalan
Berdasarkan permasalahan remaja yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dispesifikasikan bentuk- bentuk perilaku menyimpang atau kenakalan remaja yang dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu:
A.    Delikuensi Individual
Adalah perilaku menyimpang yang berupa tingkah laku kriminal yang merupakan gejala personal dengan ciri khas “jahat“ yang disebabkan oleh prodisposisi dan kecenderungan penyimpangan tingkah laku psikopat, neourotis, dan antisosial. Penyimpangan perilaku ini dapat diperhebat dengan stimuli sosial yang buruk, teman bergaul yang tidak tepat dan kodisi kultural yang kurang menguntungkan. Perilaku menyimpang pada tipe ini seringkali bersifat simptomatik karena muncul dengan disertai banyaknya konflik-konflik intra psikis yang bersifat kronis dan disintegrasi pribadi.
B.     Delinkuensi Situasional
Bentuk penyimpangan perilaku tipe ini pada umumnya dilakukan oleh anak-anak dalam klasifikasi normal yang dapat dipegaruhi oleh berbagai kekuatan situasional baik situasi yang berupa stimuli sosial maupun kekuatan tekanan lingkungan teman sebaya yang semuanya memberikan pengaruh yang “menekan dan memaksa“ pada pembentukan perilaku menyimpang. Penyimpangan perilaku dalam bentuk ini seringkali muncul sebagai akibat transformasi kondisi psikologis dan reaksi terhadap pengaruh eksternal yang bersifat memaksa. Dalam kehidupa remaja situasi sosial eksternal yang menekan, terutama dari kelompok sebaya dapat dengan mudah mengalahkan unsure internal yang berupa pikiran sehat, peraaan dan hati nurani sehingga memunculkan tingkah laku delinkuen situasional.
C.    Delinkuensi Sistematik
Perbuatan menyimpang dan kriminal pada anak-anak remaja dapat berkembang menjadi perilaku menyimpang yang disestematisir, dalam bentuk suatu organisasi kelompok sebaya yang berperilaku seragam dalam penyimpangan. Kumpulan tingkah laku yang menyimpang yang disestematisir dalam pengaturan status, norma dan peranan tertentu kan memunculkan sikap moral yang salah dan justru muncul rasa kebanggaan terhadap perbedaan-perbedaan dengan norma umum yang berlaku.
Semua perilaku menyimpang yang seragam dilakukan oleh anggota kelompok ini kemudian dirasionalisir dan dilakukan pembenaran sendiri oleh seluruh anggota kelompok, sehingga perilaku menyimpang yang dilakukan menjadi terorganisir dan sistematis sifatnya. Dorongan berperilaku menyimpang pada kelompok remaja terutama muncul pada saat kelompok remaja ini dalam kondisi tidak sadar atau setengah sadar, karena berbagai sebab dan berada dalam situasi yang tidak terawasi oleh kontrol diri dan kontrol sosial. Lama kelamaan perilaku menyimpang ini diulang dan diulang kembali, dan kemudian dirasakan enak dan menyenangkan yang kemudian diprofesionalisasikan yang pada akhirnya kemudian digunakan untuk menegakkan gengsi diri secara tidak wajar.
D.    Delinkuensi Komulatif
Pada hakekatnya bentuk delikuensi ini merupakan produk dari konflik budaya yang merupakan hasil dari banyak konflik kultural yang kontroversial dalam iklim yang penuh konflik.
       Perilaku menyimpang tipe ini memiliki ciri utama, yaitu:
1)      Mengandung banyak dimensi ketegangan syaraf, kegelisahan batin, dan keresahan hati pada remaja, yang kemudian disalurkan dan dikompensasikan secara negatif pada tindak kejahatan dan agresif tak terkendali.
2)      Merupakan pemberontakan kelompok remaja terhadap kekuasaan dan kewibawaan orang dewasa yang dirasa berlebihan.  Untuk dapat menemukan identitas diri lewat perilaku yang melanggar norma sosial dan hukum.
3)      Diketemukan adanya banyak penyimpangan seksual yang disebabkan oleh penundaan usia perkawinan, jauh sesudah kematangan biologis tercapai dan tidak disertai oleh kontrol diri yang kuat, hal ini bisa terjadi karena sulitnya lapangan pekerjaan ataupun sebab-sebab yang lain.
4)      Banyak diketemukan munculnya tindak ekstrem radikal yang dilakukan oleh kelompok remaja, yang mengganggu dan merugikan kehidupan masyarakat, yaitu cara untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara kekerasan, penculikan, penyadaran dan sebagainya.
Dengan mencermati bentuk perilaku menyimpang yang dilihat dari dimensi penyebabnya, maka secara fisik wujud dari perilaku menyimpang dapat berupa perilaku sebagai berikut :
A.    Main kebut-kebutan di jalan perhitungan bahwa hal tersebut mengganggu keamanan, keselamatan dan membahayakan jiwa diri sendiri maupun orang lain.
B.     Perilaku ugal-ugalan, berandalan, urakan dan perilaku-perilaku lain yang mengacaukan lingkungan sekitar.  Hal ini sering dilakukan sebagai akibat kelebihan energy dan dorongan primitive yang tak terkendali, serta upaya mengisi waktu luang tanpa bimbingan orang dewasa.
C.     Perkelahian antar individu, antar gang, antar kelompok, antar sekolah ataupun antar suku, yang kesemuanya menunjukan akibat negatif.
D.    Membolos sekolah dan bergelandangan sepanjang jalan atau bersembunyi di tempat terpencil sambil melakukan berbagai eksperimen perilaku sosial.
E.     Perilaku kriminalitas, yang berupa perbuatan mengancam, intimidasi memeras, merampas dan sebagainya.
F.      Berpestapora sambil mabuk-mabukan dan melakukan perbuatan seks bebas yang mengganggu ligkungan.
G.    Perkosaan dan agresifitas sosial atau pembunuhann karena motif seksual atau didorong oleh reaksi-reaksi konpensatoris dan peranan inferior yang menuntut pengakuan diri.
H.    Kecanduan dan ketagihan obat terlarang yang erat kaitannya dengan tindak kejahatan.
I.       Perjudian dan bentuk-bentuk permainan dengan taruhan yang mengakibatkan ekses kriminalitas.
J.        Perbuatan anti sosial dan a sosial yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan pada anak-anak remaja simptomatik, neourotik dan gangguan jiwa lain.
K.    Penyimpangan-penyimpangan perilaku lain yang disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompensasi disebabkan oleh organ-organ yang inferior.

2.4   Implikasinya bagi Pendidikan
Memperhatikan permasalahan yang mungkin timbul dalam kehidupan masa remaja, sudah jelas kata Conger (197:9) pemahaman dan pemecahannya harus dilakukan secara interdisipliner dan antarlembaga. Meskipun demikian, pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang paling strategis karena bagi sebagian besar remaja bersekolah dengan para pendidik, khususnya guru, mereka itu paling banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dan bergaul.
Di antara usaha-usaha pembinaan, sekurang-kurangnya untuk mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan tersebut di atas, dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan para pendidik umumnya dan para guru khususnya, ialah:
A.    Untuk memahami dan mengurangi permasalahan yang berhubungan dengan perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik, antara lain:
1)      Seyogiannya dalam program dan kegiatan pendidik tertentu, diadakan program dan perlakuan layanan khusus bagi siswa remaja pria dan wanita (misalnya, dalam pelajaran anatomi dan fisiologi dan pendidikan olahraga) yang diberikan pula oleh para guru yang dapat menyelenggarakan penjelasannya dengan penuh dignity;
2)      Disamping itu melalui bentuk-bentuk pendidikan secara formal tersebut, kiranya dapat pula diadakan diskusi atau panel atau ceramah tamu tentang pendidikan jenis (sex education), bahaya-bahaya dari perilaku menyimpang dalam pemuasan kehidupan seksual (masturbasi, onani, prostitusi, dan sebagainya) terhadap kesehatan serta perkembangan jasmani dan rohani yang sehat;
3)      Role playing, akan sangat tepat untuk mengurangi ekses sosial dari perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik, yang sebenarnya merupakan hal wajar (natural) terjadi tidak perlu merupakan keanehan yang baru ditabukan secara berlebihan.
B.     Untuk memahami dan mengurangi kemungkinan timbulnya permasalahan yang berhubungan dengan  perkembangan bahan perilaku kognitif, antara lain:
1)      Kepada para guru bidang studi tertentu seperti bahasa asing, matematika, seni suara, dan olahraga, tampaknya dituntut pemahaman yang mendalam dan perlakuan layanan perndidikan dan bimbingan kebijaksanaan sehingga siswa-siswa remaja yang biasanya mengalami kesulitan dan kelemahan tertentu dalam bidang-bidang studi yang sensitif tersebut tidak menjurus kepada situasi-situasi frustasi yang mengandung lahirnya reaksi-reaksi mekanisme pertahanan diri atau defence mechanism atau sikap-sikap dan tindakan-tindakan yang negatif destruktif, baik terhadap bidang studinya maupun gurunya;
2)      Penggunaan strategi belajar-mengajar yang tepat (individualize atau small group based instruction) untuk membantu siswa-siswa yang tepat (the accelerated students), dan yang lambat (the slow leaners) misalnya menggunakan sistem belajar modul;
3)      Penjurusan atau pemilihan dan penentuan program studi seyogyanya memperhitungkan segala aspek selengkap mungkin dengan data atau informasi secermat mungkin yang menyangkut kemampuan dasar intelektual (iq), bakat khusus (aptitudes), di samping aspirasi atau keinginan orangtuanya dan siswa yang bersangkutan.
C.     Untuk memahami dan mengurangi kemungkinan timbulnya permasalahan yang berhubungan dengan perkembangan perilaku social, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan keagamaan, antara lain:
1)      Diusahakan terciptanya suasana dan tersedianya fasilitas yang memungkinkan terbentuknya kelompok-kelompok perkumpulan remaja yang mempunyai tujuan-tujuan dan program-program kegiatan yang positif konstruktif berdasarkan minat, keolahragaan, kesenian, keagamaan, hobi, kelompok belajar atau seperti diskusi, yang diorganisasikan oleh mereka sendiri dengan guidance dari para pendidik seperlunya;
2)      Diaktifkannya rumah dengan sekolah (parent-teacher association) untuk saling mendekatkan dan menyelaraskan system nilai yang dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap dan tindakan perlakuan layanan yang diberikan dalam pembinaannya;
3)      Pertemuan dan kerja sama antarkelembagaan yang mempunyai tugas dan kepentingan yang bersangkutan dengan kehidupan remaja secara rasional (sekolah, lembaga keagamaan, lembaga kesehatan, lembaga keamanan, lembaga pengabdian kanak-kanak, lembaga konsultasi psikologis, guidance and consulting centre, jawatan sosial, jawatan penempatan tenaga kerja, lembaga kesehatan mental, dan sebagainya), tampaknya akan sangat bermanfaat dalam rangka membantu para remaja mengembangkan program-program pembinaan minat, karier, dan aktifitas lainnya.
D.    Untuk memahami dan mengurangi kemungkinan timbulnya permasalahan yang berhubungan dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif, dan kepribadian, antara lain:
1)      Sudah barang tentu jalan yang paling strategis untuk ini ialah apabila para pendidik terutama para orang tua dan guru dapat menampilkan pribadi-pribadinya yang dapat merupakan objek identifikasi sebagai pribadi idola para remajanya;
2)      Pemberian tugas-tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang, memilih dan mengambil keputusan atau tindakan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan kepribadiannya.



BAB III
KESIMPULAN

Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat Apabila gagal dalam tugas perkembangannya, dalam mengembangkan rasa identitasnya. Maka remaja akan kehilangan arah. Dampaknya remaja akan mengembangkan perilaku menyimpang , melakukan kriminalitas atau menutup diri (mengisolasi diri) dari masyarakat karena tidak menduduki posisi yang harmonis dalam masyarakat. Faktor-faktor yang dapat menentukan gagal atau berhasilnya tugas perkembangan tersebut, ada 3 yakni kutub keluarga, kutub sekolah, dan kutub masyarakat.























DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Ratna. 2011. Isu dan Permasalahan Remaja serta Implikasinya dalam Pendidikan. (online). http://amaliaratnaa.blogspot.com/2011/11/isu-dan-permasalahan-remaja-serta.html. Diakses pada 25 Mei 2015 pukul 21.00 WIB

Makmun, Abin Syamsuddin. 2001. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul.  Bandung : PT Remaja Roedakarya

Hartinah, Siti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Refika Aditama

Comments

Popular posts from this blog

soal oliempiade pramuka penegak

Dalam pembahasan kali ini, saya memberikan contoh soal" pramuka yang sering digunakan baik oliempiade maupun lct pramuka, dalam soal ini terdapat PK (pengetahuan kepramukaan) maupun PU (pengetahuan umum), oke lahh gax usah mondar mandir yaa kan gax penting ,, heheheh... udah ngk sabar.. langsung saja yaa,, semoga bermanfaat.......... kritik dan saran harap di ruang komentar.. ini gann .. salam pramuka.. jawabannya lihat di sini http://hudhanewblog.blogspot.com/2015/02/jawaban-soal-oliempiade-pramuka-penegak.html LEMBAR SOAL 1.       Tanggal berapakah kepres tentang panji pramuka disahkan? a.        14 agustus 1960 b.       14 agustus 1961 c.        15 agustus 1960 d.       15 agustus 1961 e.        16 agustus 1962 2.       Siapakah penemu lambang tunas kelapa? a.        Husein mutahar b.       Boden powel c.        Dr.charrles jakson d.       sunarjo atmodipuro e.        KH.agus salim 3.       Saka yang bergerak dalam bidang kelautan ? a.        S

MAKALAH HAKEKAT IBADAH

MAKALAH KELOMPOK HAKEKAT IBADAH ( Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Al islam 2 dengan dosen pengampu Drs. H. Junaidi S,M. SOS.I) Oleh: Huda Hinggo Sapriki 14330026 Erik Almanar 1433002 3 Muhammad Sopian Bayu Tri Atmojo Yudi Wiyanoto Deni Syaifulloh 14330027 14330001 14330013 14330002 PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015/2016 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatrahmat dan hidayahnya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Drs. H. Junaidi S,M. SOS.I Selaku dosen mata kuliah Al Islam 2, serta kepada teman - teman yang telah membantu yaitu dengan memberi semangat dan motivasi untuk  menyelesaikan  tugas makalah ini. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, dengan demikian kam

Makalalah Karakteristik Perkembangan Kemandirian dan Karier Remaja Serta Implikasinya Dalam Pendidikan

Karakteristik Perkembangan Kemandirian dan Karier Remaja Serta Implikasinya Dalam Pendidikan  (Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dengan dosen pengampu : SITI NURLAILA, S.Psi., M.Psi.) Oleh : Kelompok 9 1.         IRDYA MEILANISA                           (14330016) 2.         GINA LAILATUL FAJRI                   (14330025) 3.         MUHAMMAD SOPIYAN                    (143300 27)                                       PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menye lesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada : 1.                   Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan