tolong sisipkan komentar jika makalah ini membantu anda, untuk mendapatkan format makalah dalam bentuk mcrosoft word 7 dan pptnya, bisa anda klik gambar jasa pembuatan makalah lalu akan dibawa kehalaman fb ane, lalu inbox. .
MAKALAH KELOMPOK
ISU
PERMASALAHAN REMAJA DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
(Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perkembangan Peserta
Didik dengan dosen pengampu : Siti Nurlaila, S.Ps,
M.Ps.)
Oleh :
Kelompok 10
1.
Nafees
Albaroroh (14330011)
2.
Nurma
Dwi Putri (14330028)
3.
Widya
Retna Ningtyas (14330020)
4.
Yunita
Dwi Safitri (14330014)
JURUSAN
PENDIDIKAN
FISIKA
FAKULTAS
KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
METRO
2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan
syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan baik.
Dalam menyelesaikan makalah ini
penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya.
2.
Ibu selaku dosen pembimbing.
3.
Kedua orang tua kami
yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada kami.
4.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya
akan kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini yang jauh dari sempurna
baik dalam bentuk, dalam penyajian, maupun susunan kata-katanya. Hal ini
mengingat segala keterbatasan yang ada pada diri penulis.
Untuk itu penulis mohon kritik dan sarannya agar
dapat menjadi motivasi dan pelajaran bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Metro, Mei 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Remaja seringkali dianggap sebagai
kelompok yang “aneh”, karena dalam kehidupannya kelompok ini sering menganut
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berbeda atau bertentangan dengan
kaidah-kaidah dan nilai yang dianut oleh orang dewasa terutama orang
tuanya. Dilihat dari demensi usia dan perkembangannya, nampak bahwa
kelompok ini tergolong pada kelompok “tradisional” (masa peralihan) dalam
pengertian remaja merupakan decade yang bersifat sementara yaitu rentang waktu
antara usia anak-anak dengan usia dewasa, sehingga bisa dipahami bahwa pada
setiap periode transisi selalu ada gejolak dan badai yang menyertai
perubahan. Dan masa transisi ini pulalah yang mengakibatkan remaja
setelah mengalami gejolak dalam mencari identitasnya, meskipun gejolak pada
setiap remaja memiliki kuantitas dan kualitas yang berbeda.
Perkembangan kepribadian seseorang
termasuk remaja merupakan hasil hubungan dan pengaruh timbal balik secara terus
menerus antara pribadi dengan lingkungannya, lingkungan sosial bagi kelompok
remaja merupakan sumber inspirasi yang dapat memberikan kekuatan dan kekuatan
fisik maupun kesehatan mental yang dapat merupakan upaya mencegah timbulnya
gangguan perkembangan kepribadian. Sebaliknya lingkungan sosial yang tidak sehat,
dapat pula menimbulkan gangguan dalam kesejahteraan mentalnya. Pendidik diharapkan
dapat mengatasi berbagai kesulitan remaja sehingga perkembangan kepribadiannya
dapat berlangsung dengan baik.
Kegagalan remaja dalam melakukan
tugas perkembangannya termasuk dalam menjalin hubungan dengan lingkungan
sosialnya sering menimbulkan konflik-konflik internal maupun konflik yang
terjadi antar individu dan kelompok yang mengarah pada munculnya perilaku
menyimpang atau kenakalan remaja. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada
dasarnya perilaku menyimpang atau kenakalan yang sering muncul pada kelompok
remaja sebenernya merupakan kompensasi dari segala kekurangan dan kegagalan
yang dialaminya.
Memperhatikan permasalahan yang
mungkin timbul dalam kehidupan masa remaja, pemahaman dan pemecahannya harus
dilakukan secara interdisipliner dan antarlembaga. Meskipun demikian,
pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalanyang
paling strategis, karena bagi sebagian besar remaja bersekolah dengan para pendidik,
khususnya para guru, mereka
itu paling banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dan bergaul.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1 Siapakah remaja itu?
1.2.2 Apa saja permasalahan yang timbul
pada masa remaja?
1.2.3 Apa saja bentuk penyimpangan remaja?
1.2.4 Bagaimanakah implikasinya bagi
pendidikan?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.3.1
Mengetahui karakteristik remaja.
1.3.2
Mengetahui berbagai permasalahan yang timbul pada masa
remaja.
1.3.3
Mengetahui bentuk penyimpangan remaja.
1.3.4 Mengetahui implikasi isu dan
permasalahan remaja tersebut dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Remaja
Berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Masa-masa
ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk
golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994)
bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat
transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan
tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004) masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk
memasuki masa dewasa. Masa
remaja
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13
tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. (Zakiah Darajat, 1990). Menurut World
Health Organization (WHO), remaja adalah laki-laki dan perempuan berusia 10-19 tahun, dimana usia 12 tahun merupakan batas
usia pubertas pada umumnya yaitu ketika secara biologis sudah mengalami
kematangan seksual dan usia 20 tahun adalah usia ketika mereka pada umumnya secara
sosial dan pisikologis mampu mandiri.
Jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa remaja
adalah masa di mana seseorang yang masih berusia antara 12 tahun sampai dengan
22 tahun di mana pada masa ini Dapat dikatakan bahwa sikap remaja saat ini masih
dalam tahap mencari jati diri atau mencari identitas dari dirinya karna masih
dalam masa perubahan menuju ke dewasa.
2.2
Permasalahan yang Timbul Pada Masa Remaja
Gunarsa (1989)
merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan
pada diri remaja, yaitu:
A.
Kecanggungan dalam pergaulan dan
kekakuan dalam gerakan.
B.
Ketidakstabilan emosi.
C.
Adanya perasaan kosong akibat
perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
D.
Adanya sikap menentang dan
menantang orang tua.
E.
Pertentangan di dalam dirinya
sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
F.
Kegelisahan karena banyak hal
diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
G.
Senang bereksperimentasi.
H.
Senang bereksplorasi.
I.
Mempunyai banyak fantasi,
khayalan, dan bualan.
J.
Kecenderungan membentuk kelompok
dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
(Fagan, 2006) Berdasarkan tinjauan teori
perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang
cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan
pencapaian Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun
beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis,
dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan
dengan karakteristik yang ada pada diri remaja.
Sarwono (1994) faktor yang
mempengaruhi perilaku remaja dibagi menjadi dua yaitu :
A. Faktor pribadi, meliputi:
1)
Faktor bakat yang mempengaruhi
temperamen (menjadi pemarah)
2)
Cacat tubuh
3)
Ketidakmampuan menyesuaikan diri.
B. Faktor lingkungan, meliputi.
4)
Malnutrisi (Kekurangan gizi)
5)
Kemiskinan di kota-kota besar
6)
Gangguan lingkungan (polusi, bencana
alam, kecelakaan lalulintas)
7)
Migrasi (urbanisasi, pengungsi
karena perang)
8)
Faktor sekolah ( kesalahan pendidikan,
faktor kurikulum)
9)
Keluarga yang tercerai berai
(perceraian, perpisahan yang terlalu lama)
10)
Gangguan dalam pengasuhan oleh
keluarga (kematian orangtua, orangtua sakit, atau orangtua yang tidak harmonis)
2.3
Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang Remaja
Gunarsa (1986) prilaku menyimpang terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
A.
Penyimpangan bersifat amoral dan
asosial yang tidak diatur dalam Undang-undang (tidak termasuk pelanggaran
hukum),misalnya: membolos, kabur dari rumah, pakaian Tidak senonoh, dll.
B.
Penyimpangan yang bersifat
melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum
kenakalan ( remaja / delequensi)
misalnya: pembunuhan, judi, memperkosa.
Contoh perilaku menyimpang yang sering terjadi pada remaja :
1)
Suka bolos sekolah
2)
Tidak suka bergaul
3)
Berbohong
4)
Suka berkelahi/mengganggu teman
5)
Suka merusak fasilitas
6)
Sering mencuri barang orang lain
7)
Suka mencari perhatian
8)
Ugal-ugalan/kebut-kebutan di
jalan
Berdasarkan permasalahan remaja yang
telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dispesifikasikan bentuk- bentuk
perilaku menyimpang atau kenakalan remaja yang dibagi menjadi empat kelompok
besar, yaitu:
A.
Delikuensi Individual
Adalah
perilaku menyimpang yang berupa tingkah laku kriminal yang merupakan gejala
personal dengan ciri khas “jahat“ yang disebabkan oleh prodisposisi dan
kecenderungan penyimpangan tingkah laku psikopat, neourotis, dan antisosial.
Penyimpangan perilaku ini dapat diperhebat dengan stimuli sosial yang buruk,
teman bergaul yang tidak tepat dan kodisi kultural yang kurang menguntungkan.
Perilaku menyimpang pada tipe ini seringkali bersifat simptomatik karena muncul
dengan disertai banyaknya konflik-konflik intra psikis yang bersifat kronis dan
disintegrasi pribadi.
B.
Delinkuensi Situasional
Bentuk
penyimpangan perilaku tipe ini pada umumnya dilakukan oleh anak-anak dalam
klasifikasi normal yang dapat dipegaruhi oleh berbagai kekuatan situasional
baik situasi yang berupa stimuli sosial maupun kekuatan tekanan lingkungan
teman sebaya yang semuanya memberikan pengaruh yang “menekan dan memaksa“ pada
pembentukan perilaku menyimpang. Penyimpangan perilaku dalam bentuk ini
seringkali muncul sebagai akibat transformasi kondisi psikologis dan reaksi
terhadap pengaruh eksternal yang bersifat memaksa. Dalam kehidupa remaja
situasi sosial eksternal yang menekan, terutama dari kelompok sebaya dapat
dengan mudah mengalahkan unsure internal yang berupa pikiran sehat, peraaan dan
hati nurani sehingga memunculkan tingkah laku delinkuen situasional.
C.
Delinkuensi Sistematik
Perbuatan
menyimpang dan kriminal pada anak-anak remaja dapat berkembang menjadi perilaku
menyimpang yang disestematisir, dalam bentuk suatu organisasi kelompok sebaya
yang berperilaku seragam dalam penyimpangan. Kumpulan tingkah laku yang
menyimpang yang disestematisir dalam pengaturan status, norma dan peranan
tertentu kan memunculkan sikap moral yang salah dan justru muncul rasa
kebanggaan terhadap perbedaan-perbedaan dengan norma umum yang berlaku.
Semua
perilaku menyimpang yang seragam dilakukan oleh anggota kelompok ini kemudian
dirasionalisir dan dilakukan pembenaran sendiri oleh seluruh anggota kelompok,
sehingga perilaku menyimpang yang dilakukan menjadi terorganisir dan sistematis
sifatnya. Dorongan berperilaku menyimpang pada kelompok remaja terutama muncul
pada saat kelompok remaja ini dalam kondisi tidak sadar atau setengah sadar,
karena berbagai sebab dan berada dalam situasi yang tidak terawasi oleh kontrol
diri dan kontrol sosial. Lama kelamaan perilaku menyimpang ini diulang dan
diulang kembali, dan kemudian dirasakan enak dan menyenangkan yang kemudian
diprofesionalisasikan yang pada akhirnya kemudian digunakan untuk menegakkan
gengsi diri secara tidak wajar.
D.
Delinkuensi Komulatif
Pada
hakekatnya bentuk delikuensi ini merupakan produk dari konflik budaya yang
merupakan hasil dari banyak konflik kultural yang kontroversial dalam iklim
yang penuh konflik.
Perilaku menyimpang tipe ini memiliki ciri utama, yaitu:
1) Mengandung banyak dimensi ketegangan
syaraf, kegelisahan batin, dan keresahan hati pada remaja, yang kemudian
disalurkan dan dikompensasikan secara negatif pada tindak kejahatan dan agresif
tak terkendali.
2) Merupakan pemberontakan kelompok
remaja terhadap kekuasaan dan kewibawaan orang dewasa yang dirasa
berlebihan. Untuk dapat menemukan identitas diri lewat perilaku yang
melanggar norma sosial dan hukum.
3) Diketemukan adanya banyak
penyimpangan seksual yang disebabkan oleh penundaan usia perkawinan, jauh
sesudah kematangan biologis tercapai dan tidak disertai oleh kontrol diri yang
kuat, hal ini bisa terjadi karena sulitnya lapangan pekerjaan ataupun
sebab-sebab yang lain.
4) Banyak diketemukan munculnya tindak
ekstrem radikal yang dilakukan oleh kelompok remaja, yang mengganggu dan
merugikan kehidupan masyarakat, yaitu cara untuk memenuhi kebutuhan yang
dilakukan dengan menggunakan cara-cara kekerasan, penculikan, penyadaran dan
sebagainya.
Dengan
mencermati bentuk perilaku menyimpang yang dilihat dari dimensi penyebabnya,
maka secara fisik wujud dari perilaku menyimpang dapat berupa perilaku sebagai
berikut :
A. Main kebut-kebutan di jalan
perhitungan bahwa hal tersebut mengganggu keamanan, keselamatan dan
membahayakan jiwa diri sendiri maupun orang lain.
B. Perilaku ugal-ugalan, berandalan,
urakan dan perilaku-perilaku lain yang mengacaukan lingkungan sekitar.
Hal ini sering dilakukan sebagai akibat kelebihan energy dan dorongan primitive
yang tak terkendali, serta upaya mengisi waktu luang tanpa bimbingan orang
dewasa.
C. Perkelahian antar individu, antar
gang, antar kelompok, antar sekolah ataupun antar suku, yang kesemuanya
menunjukan akibat negatif.
D. Membolos sekolah dan bergelandangan
sepanjang jalan atau bersembunyi di tempat terpencil sambil melakukan berbagai
eksperimen perilaku sosial.
E. Perilaku kriminalitas, yang berupa
perbuatan mengancam, intimidasi memeras, merampas dan sebagainya.
F. Berpestapora sambil mabuk-mabukan
dan melakukan perbuatan seks bebas yang mengganggu ligkungan.
G. Perkosaan dan agresifitas sosial
atau pembunuhann karena motif seksual atau didorong oleh reaksi-reaksi
konpensatoris dan peranan inferior yang menuntut pengakuan diri.
H. Kecanduan dan ketagihan obat
terlarang yang erat kaitannya dengan tindak kejahatan.
I. Perjudian dan bentuk-bentuk
permainan dengan taruhan yang mengakibatkan ekses kriminalitas.
J. Perbuatan anti sosial dan a sosial yang disebabkan oleh
gangguan kejiwaan pada anak-anak remaja simptomatik, neourotik dan gangguan
jiwa lain.
K. Penyimpangan-penyimpangan perilaku
lain yang disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompensasi
disebabkan oleh organ-organ yang inferior.
2.4
Implikasinya bagi Pendidikan
Memperhatikan permasalahan yang mungkin timbul dalam
kehidupan masa remaja, sudah jelas kata Conger (197:9) pemahaman dan
pemecahannya harus dilakukan secara interdisipliner dan antarlembaga. Meskipun
demikian, pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu
jalan yang paling strategis karena bagi sebagian besar remaja bersekolah dengan
para pendidik, khususnya guru, mereka
itu paling banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dan bergaul.
Di antara usaha-usaha pembinaan, sekurang-kurangnya untuk
mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan tersebut di atas, dalam rangka
kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan para pendidik umumnya dan para guru
khususnya, ialah:
A. Untuk
memahami dan mengurangi permasalahan yang berhubungan dengan perkembangan fisik
dan perilaku psikomotorik, antara lain:
1) Seyogiannya dalam program dan
kegiatan pendidik tertentu, diadakan program dan perlakuan layanan khusus bagi
siswa remaja pria dan wanita (misalnya, dalam pelajaran anatomi dan fisiologi
dan pendidikan olahraga) yang diberikan pula oleh para guru yang dapat
menyelenggarakan penjelasannya dengan penuh dignity;
2) Disamping itu melalui bentuk-bentuk
pendidikan secara formal tersebut, kiranya dapat pula diadakan diskusi atau
panel atau ceramah tamu tentang pendidikan jenis (sex education),
bahaya-bahaya dari perilaku menyimpang dalam pemuasan kehidupan seksual
(masturbasi, onani, prostitusi, dan sebagainya) terhadap kesehatan serta
perkembangan jasmani dan rohani yang sehat;
3) Role playing, akan sangat tepat untuk mengurangi
ekses sosial dari perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik, yang sebenarnya
merupakan hal wajar (natural) terjadi tidak perlu merupakan keanehan yang baru
ditabukan secara berlebihan.
B. Untuk
memahami dan mengurangi kemungkinan timbulnya permasalahan yang berhubungan
dengan perkembangan bahan perilaku kognitif, antara lain:
1) Kepada para guru bidang studi
tertentu seperti bahasa asing, matematika, seni suara, dan olahraga, tampaknya
dituntut pemahaman yang mendalam dan perlakuan layanan perndidikan dan
bimbingan kebijaksanaan sehingga siswa-siswa remaja yang biasanya mengalami kesulitan
dan kelemahan tertentu dalam bidang-bidang studi yang sensitif tersebut tidak
menjurus kepada situasi-situasi frustasi yang mengandung lahirnya reaksi-reaksi
mekanisme pertahanan diri atau defence mechanism atau sikap-sikap dan
tindakan-tindakan yang negatif destruktif, baik terhadap bidang studinya maupun
gurunya;
2) Penggunaan strategi belajar-mengajar
yang tepat (individualize atau small group based instruction)
untuk membantu siswa-siswa yang tepat (the accelerated students),
dan yang lambat (the slow leaners) misalnya menggunakan sistem belajar
modul;
3) Penjurusan atau pemilihan dan
penentuan program studi seyogyanya memperhitungkan segala aspek selengkap
mungkin dengan data atau informasi secermat mungkin yang menyangkut kemampuan
dasar intelektual (iq), bakat khusus (aptitudes), di samping aspirasi
atau keinginan orangtuanya dan siswa yang bersangkutan.
C. Untuk
memahami dan mengurangi kemungkinan timbulnya permasalahan yang berhubungan
dengan perkembangan perilaku social, moralitas dan kesadaran hidup atau
penghayatan keagamaan, antara lain:
1) Diusahakan terciptanya suasana dan
tersedianya fasilitas yang memungkinkan terbentuknya kelompok-kelompok
perkumpulan remaja yang mempunyai tujuan-tujuan dan program-program kegiatan
yang positif konstruktif berdasarkan minat, keolahragaan, kesenian, keagamaan,
hobi, kelompok belajar atau seperti diskusi, yang diorganisasikan oleh mereka
sendiri dengan guidance dari para pendidik seperlunya;
2) Diaktifkannya rumah dengan sekolah (parent-teacher
association) untuk saling mendekatkan dan menyelaraskan system nilai yang
dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap dan tindakan
perlakuan layanan yang diberikan dalam pembinaannya;
3) Pertemuan dan kerja sama
antarkelembagaan yang mempunyai tugas dan kepentingan yang bersangkutan dengan
kehidupan remaja secara rasional (sekolah, lembaga keagamaan, lembaga
kesehatan, lembaga keamanan, lembaga pengabdian kanak-kanak, lembaga konsultasi
psikologis, guidance and consulting centre, jawatan sosial, jawatan
penempatan tenaga kerja, lembaga kesehatan mental, dan sebagainya), tampaknya
akan sangat bermanfaat dalam rangka membantu para remaja mengembangkan
program-program pembinaan minat, karier, dan aktifitas lainnya.
D. Untuk
memahami dan mengurangi kemungkinan timbulnya permasalahan yang berhubungan
dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif, dan kepribadian, antara lain:
1) Sudah barang tentu jalan yang paling
strategis untuk ini ialah apabila para pendidik terutama para orang tua dan
guru dapat menampilkan pribadi-pribadinya yang dapat merupakan objek
identifikasi sebagai pribadi idola para remajanya;
2) Pemberian tugas-tugas yang dapat
menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang, memilih dan mengambil
keputusan atau tindakan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan
kepribadiannya.
BAB III
KESIMPULAN
Masa remaja merupakan segmen
kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa
transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat Apabila
gagal dalam tugas perkembangannya, dalam mengembangkan rasa identitasnya. Maka
remaja akan kehilangan arah. Dampaknya remaja akan mengembangkan perilaku
menyimpang , melakukan kriminalitas atau menutup diri (mengisolasi diri) dari
masyarakat karena tidak menduduki posisi yang harmonis dalam masyarakat. Faktor-faktor
yang dapat menentukan gagal atau berhasilnya tugas perkembangan tersebut, ada 3
yakni kutub keluarga, kutub sekolah, dan kutub masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Amalia, Ratna. 2011. Isu dan Permasalahan Remaja serta
Implikasinya dalam Pendidikan. (online). http://amaliaratnaa.blogspot.com/2011/11/isu-dan-permasalahan-remaja-serta.html.
Diakses pada 25 Mei 2015 pukul 21.00 WIB
Makmun,
Abin Syamsuddin. 2001. Psikologi
Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : PT Remaja
Roedakarya
Hartinah, Siti. 2008. Perkembangan
Peserta Didik. Bandung: PT Refika Aditama
Comments
Post a Comment