BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Fase remaja
merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Harold Alberty (1957)
mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang
dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai
dengan awal masa dewasa. Bahasa sangat berperan penting dalam perkembangan
seorang remaja. Karena, Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia tanpa
bahasa seseorang tidak dapat menyampaikan sesuatu kepada orang lain. bahasa
juga merupakan sarana untuk bergaul. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi
dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan
perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi anak)
dimulai dengan meraba dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, menyusun kalimat
sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dan menggunakan bahasa yang
kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial. Perkembangan bahasa selalu
terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Seseorang yang tingkat
intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang
digunakannya juga sangat sederhana.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian perkembangan bahasa?
2. Bagaimana
krakteristik perkembangan bahasa remaja?
3. Apa
saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa?
4. Bagaimana pengaruh
kemampuan berbahasa terhadap kemampuan berpikir?
5. Bagaimana implikasi
perkembangan bahasa dalam pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian perkembangan bahasa.
2. Untuk
mengetahui karakteristik perkembangan bahasa.
3. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
4. Untuk
mengetahui Pengaruh kemampuan berbahasa terhadap kemampuan berpikir.
5. Untuk
mengetahui Implikasi perkembangan bahasa dalam pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Bahasa
Bahasa
adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia, bukan bunyi yang dihasilkan
alat lain. Bahasa berasal dari udara yang keluar dari paru-paru menggetarkan
pita suara di kerongkongan dan kemudian terujar lewat mulut. (Abidin, dkk 2010:
1). Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang
digunakan oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain,
bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena, itu penggunaan bahasa menjadi
efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain.
Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula
bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka
perkembangan bahasa seorang (bayi anak) dimulai dengan meraban (suara atau
bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa atau suku kata, dua suku kata,
menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan
menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Perkembangan
bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi
sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat
intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang
digunakannya juga sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang
serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari
tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan
bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil
belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal
yang lain, meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan
cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara, ‘mm mmm’, ibunya tersenyum
mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi
‘maem-maem’. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang
didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya membetulkan dan
memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia
enam sampai tujuh tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi perkembangan
bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi
dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat.
2.2 Karakteristik perkembangan bahasa
remaja
Bahasa
remaja adalah bahasa yang telah berkembang dari lingkungan, dan dengan demikian
bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup
lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan
lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di
dalam keluarga atau yang disebut bahasa ibu. Perkembangan bahasa remaja
dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal
ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat
sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan
kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengikuti proses belajar disekolah. Sebagaimana
diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan
kaidah-kaidah yang benar.
Proses
pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata,
tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk
perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya)
terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai
pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok
itu berkembang bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah
baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau
tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula. Dalam
berkomunikasi sehari-hari, terutama dengan sesama sebayanya, remaja seringkali
menggunakan bahasa spesifik yang kita kenal dengan bahasa ‘gaul’. Disamping
bukan merupakan bahasa yang baku, kata-kata dan istilah dari bahasa gaul ini
terkadang hanya dimengerti oleh para remaja atau mereka yang kerap
menggunakannya. Menurut Piaget (dalam Papalia, 2004), remaja memasuki tahap
perkembangan kognitif yang disebut tahap formal operasional. Piaget menyatakan
bahwa tahapan ini merupakan tahap tertinggi perkembangan kognitif manusia. Pada
tahap ini individu mulai mengembangkan kapasitas abstraksinya. Sejalan dengan
perkembangan kognitifnya, perkembangan bahasa remaja mengalami peningkatan
pesat. Kosakata remaja terus mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya
referensi bacaan dengan topik-topik yang lebih kompleks. Menurut Owen (dalam
Papalia, 2004) remaja mulai peka dengan kata-kata yang memiliki makna ganda.
Mereka menyukai penggunaan metaphora, ironi, dan bermain dengan kata-kata untuk
mengekspresikan pendapat mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapan-ungkapan
baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak
dikenal dengan istilah bahasa gaul. Di samping merupakan bagian dari proses perkembangan
kognitif, munculnya penggunaan bahasa gaul juga merupakan ciri dari
perkembangan psikososial remaja.
Menurut
Erikson (1968), remaja memasuki tahapan psikososial yang disebut sebagai
identity versus role confusion. Hal yang dominan terjadi pada tahapan ini
adalah pencarian dan pembentukan identitas. Remaja ingin diakui sebagai
individu unik yang memiliki identitas sendiri yang terlepas dari dunia
anak-anak maupun dewasa. Penggunaan bahasa gaul ini merupakan bagian dari
proses perkembangan mereka sebagai identitas independensi mereka dari dunia
orang dewasa dan anak-anak. Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga
masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan
antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan
penggunaan kosakata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari
masyarakat lapisan pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan
bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat
terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan
istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa
lebih baik. Telah disebutkan bahwa bahasa remaja diperkaya dan dilengkapi oleh
lingkungan sekitar tempat mereka tinggal. Remaja cenderung bergaul dengan
sesamanya, yaitu remaja usia sekolah. Dari pergaulan dengan teman sebaya ini,
kemudian timbul gaya atau pola bahasa yang mereka gunakan sebagai sarana dalam
proses penyampaian atau sosialisasi. Bahasa yang cenderung digunakan oleh
remaja ini, yaitu bahasa praktis, sehingga lebih mempermudah dalam proses
sosialisasi tersebut. Bahasa seperti ini sering disebut sebagai “Bahasa Gaul”.
Bahasa pergaulan ini bertujuan untuk memberikan ciri khas atau identitas tertentu
dalam pergaulan sesama remaja. Terkadang, bahasa ini mereka bawa ke dalam
lingkungan sekolah, sehingga menyebabkan Guru/Pendidik kadang-kadang
kebingungan dengan kondisi siswa-siswanya yang berbahasa tidak sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang benar. Selain pergaulan teman sebaya, status
sosial ekonomi keluarga juga memiliki andil dalam mempengaruhi pola atau gaya
bahasa remaja. Keluarga terdidik yang pada dasarnya telah membawa
kebiasaan-kebiasaan terdidik, baik dari latar belakang pendidikan maupun latar
belakang keluarganya, secara langsung telah mempengaruhi cara berpikir dan
berbahasa anak remajanya. Mereka biasanya menggunakan bahasa yang lebih sopan
dan fleksibel. Fleksibel disini, dimaksudkan bahwa saat remaja berinteraksi
dengan teman sebayanya, mereka memiliki gaya dan kosakata yang sesuai. Begitu
pula sebaliknya, saat mereka berhadapan dengan orang dewasa, mereka juga punya
cara tersendiri yang tentunya lebih sopan. Sedangkan remaja yang berasal dari
keluarga kurang terdidik, umumnya menggunakan bahasa yang kasar, tidak
terstruktur dan tidak fleksibel. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan
orang tua akan pola perkembangan anak-anaknya, khususnya perkembangan
bahasanya. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa bahasa remaja sangat
dipengaruhi oleh pergaulan dengan sesamanya. Oleh karena itu, peran lingkungan
keluarga dan sekolah sangat dibutuhkan agar terdapat keseimbangan diantaranya.
2.3 Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perkembangan bahasa.
Berbahasa
terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.
Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin
matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan meningkatnya
kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan
pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik ikut mempengaruhi sehubungan semakin
sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan
gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang
menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan
dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan
cara berkomunikasi dengan baik.
2.
Kondisi lingkungan.
Lingkungan tempat anak tumbuh dan
berkembang memberi andil cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa
dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula
perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil
menunjukkan perbedaan. Pada dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan.
Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti
kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
3.
Kecerdasan anak.
Untuk meniru bunyi atau suara,
gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik.
Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi
perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik
dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi
oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
4.
Status sosial ekonomi keluarga.
Keluarga yang berstatus sosial
ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa
anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh
anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan
keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan
perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak
terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa.
5.
Kondisi fisik.
Kondisi fisik di sini kesehatan
anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi,
seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu
perkembangan dalam berbahasa. Ada dua konsepsi tradisional tentang belajar
bahasa kedua yang relevan dengan pembahasan ciri-ciri siswa. Bahasa anak-anak
adalah bahasa kedua yang lebih baik dari pada orang dewasa.
6.
Kedwibahasaan (bilingualism) .
Anak yang dibesarkan dalam keluarga
yang menggunakan bahasa yang lebih dari satu bahasa akan lebih bagus dan lebih
cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja
karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi.
7.
Jumlah anak atau anggota keluarga.
Suatu keluarga yang memiliki banyak
anak atau banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena
terjadi komuikasi yang bervariasi dibandingkan dengan keluarga yang hanya memiliki
anak tunggal dan tidak ada anggota keluarga lain selain keluarga inti.
2.4 Pengaruh Kemampuan
Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Kemampuan
berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama lain. Bahwa
kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya
kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang rendah
kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang
baik, logis dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi. Bersosialisasi
berarti melakukan konteks dengan yang lain. seseorang menyampaikan ide dan
gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui
bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses
berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat
ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih
lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidak tepatan
hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam bahasa.
2.5 Implikasi Perkembangan Bahasa dalam Pendidikan
Jika
perkembangan kemampuan berbahasa merupakan konvergensi atau perpaduan dari
faktor bawaan dan proses belajar dari lingkunganya, intervensi pendidikan yang
dilakukan secara terencana dan sistematis menjadi sangat penting. Hanya
mengandalkan faktor bawaan yang diturunkan oleh orang tuanya adalah keputusan
yang tidak bijaksana karena hasilnya yang kurang memuaskan. Intervensi
pendidikan melalui proses yang seluas – luasnya bagi perkembanganya bahasa
secara optimal. Lingkungan dapat membiarkan kesempatan bagi anak untuk belajar
dan berlatih mengembangkan kemampuan bahasa perlu dikembangkan secara maksimal,
baik dalam lingkungan maupun masyarakat. Agar kemampuan berbahasa masyarakat
dapat berkembang secara optimal, sejak dini anak perlu diperkenalkan dengan
lingkungan yang memiliki kemampuan berbahasa yang variatif. Situasi yang
menunjang perkembangan bahasa perlu diciptakan dan dikembangkan oleh para guru
disekolah. Di sisi lain, masyarakat perlu memberikan dukungan yang bersifat
kondisi psikologis dan sosiokultural bagi perkembangan bahasa remaja.
Lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sangat perlu menciptakan suasana
yang dapat membesarkan hati atau mendorong anak atau remaja untuk berani
mengomunikasikan pikiran – pikiranya. Cara demikian akan sangat membantu
perkembangan bahasa remaja karena mereka leluasa dan tidak dihantui oleh
kecemasan dan ketakutan untuk mengomunikasikan apa saja yang dipikirkanya.Untuk
hal yang perlu guru ketahui juga adalah kelas atau kelompok belajar terdiri
dari siswa yang bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya.
Menghadapi
hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan
memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak. Pertama, anak perlu melakukan
pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata
dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa
guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa
murid-muridnya. Kedua, berdasarkan hasil identifikasi itu guru melakukan
pengembangan bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa
lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang
isi pelajaran yang telah dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah
selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif
tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka
sendiri. Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara
mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan
lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa masing-masing.
Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi
dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam sarana perkembangan bahasa
seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan
di sekolah maupun dirumah.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
penjelasan mengenai karakteristik perkembangan bahasa remaja dan implikasinya
dalam pendiidkan dapat disimpulkan bahwa Bahasa memegang peran penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia tanpa
bahasa seseorang tidak dapat menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Perkembangan
bahasa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah umur anak, kondisi
keluarga, kecerdasan anak, Status sosial ekonomi keluarga,
Kondisi
fisik, Kedwibahasaan (bilingualism) dan Jumlah anak atau anggota keluarga.
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama lain.
Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan
sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Agar
kemampuan berbahasa dapat berkembang secara optimal, sejak dini anak perlu
diperkenalkan dengan lingkungan yang memiliki kemampuan berbahasa yang
variatif. Situasi yang menunjang perkembangan bahasa perlu diciptakan dan
dikembangkan oleh para guru disekolah
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin,
Yunus, dkk. 2010. Kemampuan Berbahasa Indoneia di Perguruan Tinggi. Bandung: CV.
Maulana Media Grafika
Ali,
Muhammad, ddk. 2006. pikologi Remaja. Jakarta : Bumi Angkasa
Hamid,
Fuad Abdul. 1987. Proses Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta: PPLPTK Depdikbud.
Hurlock.
Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Samsunuwiyati
Mar’at.2005.psikologi perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Abidin.
Muhammad Zainal. Perkembangan-Bahasa-Remaja. www.masbied.Com /
Perkembangan-bahasa-remaja/.
(diunduh 10 mei 2014 pukul 12.36). http://Sinaubsi.blogspot.com/p/psikologi-perkembangan-bahasa-anak.html
(Diunduh pada10 mei 2015 pukul 12.50).
Comments
Post a Comment