Skip to main content

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN BAHASA MASA REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Harold Alberty (1957) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa. Bahasa sangat berperan penting dalam perkembangan seorang remaja. Karena, Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia tanpa bahasa seseorang tidak dapat menyampaikan sesuatu kepada orang lain. bahasa juga merupakan sarana untuk bergaul. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi anak) dimulai dengan meraba dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial. Perkembangan bahasa selalu terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Seseorang yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang digunakannya juga sangat sederhana.




1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian perkembangan bahasa?
2.      Bagaimana krakteristik perkembangan bahasa remaja?
3.      Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa?
4.      Bagaimana pengaruh kemampuan berbahasa terhadap kemampuan berpikir?
5.      Bagaimana implikasi perkembangan bahasa dalam pendidikan?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian perkembangan bahasa.
2.      Untuk mengetahui karakteristik perkembangan bahasa.
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
4.      Untuk mengetahui Pengaruh kemampuan berbahasa terhadap kemampuan berpikir.
5.      Untuk mengetahui Implikasi perkembangan bahasa dalam pendidikan.










BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia, bukan bunyi yang dihasilkan alat lain. Bahasa berasal dari udara yang keluar dari paru-paru menggetarkan pita suara di kerongkongan dan kemudian terujar lewat mulut. (Abidin, dkk 2010: 1). Sesuai dengan fungsinya,  bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain, bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena, itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa  diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi anak) dimulai dengan meraban (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa atau suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang digunakannya juga sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain, meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan cara  belajar bahasa awal. Bayi bersuara, ‘mm  mmm’, ibunya tersenyum mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi ‘maem-maem’. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia enam sampai tujuh tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi  perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat.

2.2  Karakteristik perkembangan bahasa remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau yang disebut bahasa ibu. Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengikuti  proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar.
Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula. Dalam berkomunikasi sehari-hari, terutama dengan sesama sebayanya, remaja seringkali menggunakan bahasa spesifik yang kita kenal dengan bahasa ‘gaul’. Disamping bukan merupakan bahasa yang baku, kata-kata dan istilah dari bahasa gaul ini terkadang hanya dimengerti oleh para remaja atau mereka yang kerap menggunakannya. Menurut Piaget (dalam Papalia, 2004), remaja memasuki tahap perkembangan kognitif yang disebut tahap formal operasional. Piaget menyatakan bahwa tahapan ini merupakan tahap tertinggi perkembangan kognitif manusia. Pada tahap ini individu mulai mengembangkan kapasitas abstraksinya. Sejalan dengan perkembangan kognitifnya, perkembangan bahasa remaja mengalami peningkatan pesat. Kosakata remaja terus mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya referensi bacaan dengan topik-topik yang lebih kompleks. Menurut Owen (dalam Papalia, 2004) remaja mulai peka dengan kata-kata yang memiliki makna ganda. Mereka menyukai penggunaan metaphora, ironi, dan bermain dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapan-ungkapan baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak dikenal dengan istilah bahasa gaul. Di samping merupakan bagian dari proses perkembangan kognitif, munculnya penggunaan bahasa gaul juga merupakan ciri dari perkembangan psikososial remaja.
Menurut Erikson (1968), remaja memasuki tahapan psikososial yang disebut sebagai identity versus role confusion. Hal yang dominan terjadi pada tahapan ini adalah pencarian dan pembentukan identitas. Remaja ingin diakui sebagai individu unik yang memiliki identitas sendiri yang terlepas dari dunia anak-anak maupun dewasa. Penggunaan bahasa gaul ini merupakan bagian dari proses perkembangan mereka sebagai identitas independensi mereka dari dunia orang dewasa dan anak-anak. Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik. Telah disebutkan bahwa bahasa remaja diperkaya dan dilengkapi oleh lingkungan sekitar tempat mereka tinggal. Remaja cenderung bergaul dengan sesamanya, yaitu remaja usia sekolah. Dari pergaulan dengan teman sebaya ini, kemudian timbul gaya atau pola bahasa yang mereka gunakan sebagai sarana dalam proses penyampaian atau sosialisasi. Bahasa yang cenderung digunakan oleh remaja ini, yaitu bahasa praktis, sehingga lebih mempermudah dalam proses sosialisasi tersebut. Bahasa seperti ini sering disebut sebagai “Bahasa Gaul”. Bahasa pergaulan ini bertujuan untuk memberikan ciri khas atau identitas tertentu dalam pergaulan sesama remaja. Terkadang, bahasa ini mereka bawa ke dalam lingkungan sekolah, sehingga menyebabkan Guru/Pendidik kadang-kadang kebingungan dengan kondisi siswa-siswanya yang berbahasa tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar. Selain pergaulan teman sebaya, status sosial ekonomi keluarga juga memiliki andil dalam mempengaruhi pola atau gaya bahasa remaja. Keluarga terdidik yang pada dasarnya telah membawa kebiasaan-kebiasaan terdidik, baik dari latar belakang pendidikan maupun latar belakang keluarganya, secara langsung telah mempengaruhi cara berpikir dan berbahasa anak remajanya. Mereka biasanya menggunakan bahasa yang lebih sopan dan fleksibel. Fleksibel disini, dimaksudkan bahwa saat remaja berinteraksi dengan teman sebayanya, mereka memiliki gaya dan kosakata yang sesuai. Begitu pula sebaliknya, saat mereka berhadapan dengan orang dewasa, mereka juga punya cara tersendiri yang tentunya lebih sopan. Sedangkan remaja yang berasal dari keluarga kurang terdidik, umumnya menggunakan bahasa yang kasar, tidak terstruktur dan tidak fleksibel. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan orang tua akan pola perkembangan anak-anaknya, khususnya perkembangan bahasanya. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa bahasa remaja sangat dipengaruhi oleh pergaulan dengan sesamanya. Oleh karena itu, peran lingkungan keluarga dan sekolah sangat dibutuhkan agar terdapat keseimbangan diantaranya.


2.3  Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.      Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan meningkatnya kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
2.      Kondisi lingkungan.
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan. Pada dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
3.      Kecerdasan anak.
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
4.      Status sosial ekonomi keluarga.
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
5.      Kondisi fisik.
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan dalam berbahasa. Ada dua konsepsi tradisional tentang belajar bahasa kedua yang relevan dengan pembahasan ciri-ciri siswa. Bahasa anak-anak adalah bahasa kedua yang lebih baik dari pada orang dewasa.
6.      Kedwibahasaan (bilingualism) .
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa yang lebih dari satu bahasa akan lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. 


7.      Jumlah anak atau anggota keluarga.
Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komuikasi yang bervariasi dibandingkan dengan keluarga yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota keluarga lain selain keluarga inti.     

2.4   Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi. Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain. seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan  persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidak tepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam bahasa.

2.5  Implikasi Perkembangan Bahasa dalam Pendidikan
Jika perkembangan kemampuan berbahasa merupakan konvergensi atau perpaduan dari faktor bawaan dan proses belajar dari lingkunganya, intervensi pendidikan yang dilakukan secara terencana dan sistematis menjadi sangat penting. Hanya mengandalkan faktor bawaan yang diturunkan oleh orang tuanya adalah keputusan yang tidak bijaksana karena hasilnya yang kurang memuaskan. Intervensi pendidikan melalui proses yang seluas – luasnya bagi perkembanganya bahasa secara optimal. Lingkungan dapat membiarkan kesempatan bagi anak untuk belajar dan berlatih mengembangkan kemampuan bahasa perlu dikembangkan secara maksimal, baik dalam lingkungan maupun masyarakat. Agar kemampuan berbahasa masyarakat dapat berkembang secara optimal, sejak dini anak perlu diperkenalkan dengan lingkungan yang memiliki kemampuan berbahasa yang variatif. Situasi yang menunjang perkembangan bahasa perlu diciptakan dan dikembangkan oleh para guru disekolah. Di sisi lain, masyarakat perlu memberikan dukungan yang bersifat kondisi psikologis dan sosiokultural bagi perkembangan bahasa remaja. Lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sangat perlu menciptakan suasana yang dapat membesarkan hati atau mendorong anak atau remaja untuk berani mengomunikasikan pikiran – pikiranya. Cara demikian akan sangat membantu perkembangan bahasa remaja karena mereka leluasa dan tidak dihantui oleh kecemasan dan ketakutan untuk mengomunikasikan apa saja yang dipikirkanya.Untuk hal yang perlu guru ketahui juga adalah kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya.
Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak. Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa murid-muridnya. Kedua, berdasarkan hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa  lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri. Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah.









BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan mengenai karakteristik perkembangan bahasa remaja dan implikasinya dalam pendiidkan dapat disimpulkan bahwa Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia tanpa bahasa seseorang tidak dapat menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah umur anak, kondisi keluarga, kecerdasan anak, Status sosial ekonomi keluarga, Kondisi fisik, Kedwibahasaan (bilingualism) dan Jumlah anak atau anggota keluarga. Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Agar kemampuan berbahasa dapat berkembang secara optimal, sejak dini anak perlu diperkenalkan dengan lingkungan yang memiliki kemampuan berbahasa yang variatif. Situasi yang menunjang perkembangan bahasa perlu diciptakan dan dikembangkan oleh para guru disekolah







DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus, dkk. 2010. Kemampuan Berbahasa Indoneia di Perguruan Tinggi. Bandung: CV. Maulana Media Grafika
Ali, Muhammad, ddk. 2006. pikologi Remaja. Jakarta : Bumi Angkasa 
Hamid, Fuad Abdul. 1987. Proses Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta: PPLPTK Depdikbud.
Hurlock. Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Samsunuwiyati Mar’at.2005.psikologi perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Abidin. Muhammad Zainal. Perkembangan-Bahasa-Remaja. www.masbied.Com /
Perkembangan-bahasa-remaja/. (diunduh 10 mei 2014 pukul 12.36). http://Sinaubsi.blogspot.com/p/psikologi-perkembangan-bahasa-anak.html (Diunduh pada10 mei 2015 pukul 12.50).

Comments

Popular posts from this blog

soal oliempiade pramuka penegak

Dalam pembahasan kali ini, saya memberikan contoh soal" pramuka yang sering digunakan baik oliempiade maupun lct pramuka, dalam soal ini terdapat PK (pengetahuan kepramukaan) maupun PU (pengetahuan umum), oke lahh gax usah mondar mandir yaa kan gax penting ,, heheheh... udah ngk sabar.. langsung saja yaa,, semoga bermanfaat.......... kritik dan saran harap di ruang komentar.. ini gann .. salam pramuka.. jawabannya lihat di sini http://hudhanewblog.blogspot.com/2015/02/jawaban-soal-oliempiade-pramuka-penegak.html LEMBAR SOAL 1.       Tanggal berapakah kepres tentang panji pramuka disahkan? a.        14 agustus 1960 b.       14 agustus 1961 c.        15 agustus 1960 d.       15 agustus 1961 e.        16 agustus 1962 2.       Siapakah penemu lambang tunas kelapa? a.        Husein mutahar b.       Boden powel c.        Dr.charrles jakson d.       sunarjo atmodipuro e.        KH.agus salim 3.       Saka yang bergerak dalam bidang kelautan ? a.        S

MAKALAH HAKEKAT IBADAH

MAKALAH KELOMPOK HAKEKAT IBADAH ( Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Al islam 2 dengan dosen pengampu Drs. H. Junaidi S,M. SOS.I) Oleh: Huda Hinggo Sapriki 14330026 Erik Almanar 1433002 3 Muhammad Sopian Bayu Tri Atmojo Yudi Wiyanoto Deni Syaifulloh 14330027 14330001 14330013 14330002 PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015/2016 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatrahmat dan hidayahnya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Drs. H. Junaidi S,M. SOS.I Selaku dosen mata kuliah Al Islam 2, serta kepada teman - teman yang telah membantu yaitu dengan memberi semangat dan motivasi untuk  menyelesaikan  tugas makalah ini. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, dengan demikian kam

Makalalah Karakteristik Perkembangan Kemandirian dan Karier Remaja Serta Implikasinya Dalam Pendidikan

Karakteristik Perkembangan Kemandirian dan Karier Remaja Serta Implikasinya Dalam Pendidikan  (Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dengan dosen pengampu : SITI NURLAILA, S.Psi., M.Psi.) Oleh : Kelompok 9 1.         IRDYA MEILANISA                           (14330016) 2.         GINA LAILATUL FAJRI                   (14330025) 3.         MUHAMMAD SOPIYAN                    (143300 27)                                       PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO 2015 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menye lesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada : 1.                   Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan