Makalalah Karakteristik Perkembangan Kemandirian dan Karier Remaja Serta Implikasinya Dalam Pendidikan
Karakteristik Perkembangan Kemandirian dan Karier
Remaja Serta Implikasinya Dalam Pendidikan
(Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik dengan
dosen pengampu : SITI
NURLAILA, S.Psi., M.Psi.)
Oleh :
Kelompok 9
1.
IRDYA MEILANISA (14330016)
2.
GINA LAILATUL FAJRI (14330025)
3.
MUHAMMAD SOPIYAN (14330027)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan
syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan makalah ini
penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami
mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya.
2.
Ibu Siti
Nurlaila, S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing.
3.
Kedua orang tua kami yang senantiasa
memberikan semangat dan dukuungan kepada kami.
4.
Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini yang jauh dari sempurna baik
dalam bentuk, dalam penyajian, maupun susunan kata-katanya. Hal ini mengingat
segala keterbatasan yang ada pada diri penulis.
Untuk itu penulis mohon kritik
dan sarannya agar dapat menjadi motivasi dan pelajaran bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Metro, 01 Juni 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
|
HALAMAN
JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................................
DAFTAR
ISI ..............................................................................................................
BAB
I. PENDAHULUAN .........................................................................................
1.1
Latar Belakang ................................................................................................
1.2Rumusan Masalah ..............................................................................................
1.3Tujuan ................................................................................................................
BAB
II. PEMBAHASAN ............................................................................................
2.1
Pengertian
Kemandirian..................................................................................
2.2
Tingkatan dan Karakteristik
Kemandirian Peserta Didik................................
2.3 Tipe-tipe
Perkembangan kemandirian Pada Anak dan Remaja.......................
2.4 Factor
yang Dapat
Mempengaruhi Perkembangan Kemandirian Anak dan Remaja.....
2.5 Pengertian Karier...........................................................................................................
2.6 Orientasi
Karier Pada Anak dan
Remaja.......................................................................
2.7 Karakteristik
Fase Perkembangan Karier Anak Dan Remaja Berdasarkan Usia...........
2.8 Factor
yang dapat Mempengaruhi Perkembangan Karier Anak dan Remaja................
2.9 Perkembangan Remaja
Dalam Berkarir..........................................................................
2.10 Implikasi
Perkembangan Kemandirian Peserta Didik dalam Pendidikan....................
2.11 Implikasi Teori Ginzberg Terhadap
Karier bagi Bimbingan Konseling........................
BAB
III. KESIMPULAN…………………………………………………………....
3.1
Kesimpulan ………………………..................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perkembangan dapat diartikan sebagai
perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu
sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai
perubahan-perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.
Sedangkan menurut Dr. Aminah Soepalarto, SpS Perkembangan adalah proses yang
berlangsung sejak konsepsi, lahir dan sesudahnya, dimana badan, otak, kemampuan
dan tingkah laku pada masa usia dini, anak-anak, dan dewasa menjadi lebih
kompleks dan berlanjut dengan kematangan sepanjang hidup. Dari dua definisi
tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa perkembangan merupakan sebuah
proses progresif berkesinambungan dalam pase kehidupan individu menuju
kematangan hidupnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
“kemandirian” berasal dari kata mandiri yang berarti keadaan dapat berdiri
sendiri; tidak bergantung pada orang lain. Dan karier berarti keahlian (hobi dan
sebagainya) yang diamalkan dalam masyarakat atau dijadikan sumber kehidupan;
atau kemajuan dalam kehidupan; perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan,atau jabatan.
Setelah kita mengetahui definisi dari penggalan kata pertumbuhan, kemandirian,
dan karier, maka mudah bagi kita untuk mengetahui definisi dari “Karakteristik
Perkembangan Kemandirian dan karier Anak dan Remaja” yaitu, proses progresif
menuju kematangan seorang individu dalam menjalani hidup dengan usaha dirinya
sendiri dan kemampuannya dalam mengambil peran dalam kehidupan di masyarakat
dalam fase anak dan remaja dan orientasinya di masa depan.
Dari
pengertian kemandirian dan karier maka perkembangan
kemandirian karier anak dan remaja
dapat dimaknai sebagai proses progresif menuju kematangan seorang individu
dalam menjalani hidup dengan usaha dirinya sendiri dan kemampuannya dalam
mengambil peran dalam kehidupan di masyarakat dalam fase anak dan remaja dan
orientasinya di masa depan.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apa
pengertiaan kemandirian dan karier?
b.
Bagaimana
perkembangan kemandirian dan karier peserta didik serta implikasinya dalam pendidikan?
c.
Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi
kemandirian dan karier remaja?
1.3 Tujuan
a.
Untuk
mengetahui pengertian kemandirian dan karier
b.
Untuk
mengetahui perkembangan kemandirian dan karier peserta didik serta implikasinya dalam pendidikan
c.
Untuk
mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kemandirian dan karier remaja
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kemandirian
Istilah
“kemandirian” berasal dari
kata dasar “diri” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian
membentuk satu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari
kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak bisa lepas dari pembahasan
tentang perkembangan diri itu sendiri.
Menurut Chaplin (2002),
otonomi atau kemandirian adalah kebebasan individu manusia untuk memilih menjadi kesatuan yang bisa memerintah,
menguasai, dan menentukan dirinya sendiri. Sedangkan menurut Erikson menyatakan
kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud
untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego yaitu merupakan
perkembangan kea rah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri.
Kemandirian biasanya ditandai dengan kemapuan menentukan nasib sendiri, kreatif
dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri,
dll. Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana peserta didik secara
relative bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain.
Dengan otonomi tersebut, peserta didik diharapkan akan lebih bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian
mengadung pengertian :
1. Suatu kondisi dimana seseorang
memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri
2. Mampu mengambil keputusan dan
inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi
3. Memiliki kepercayaan diri dan
melaksanakan tugas-tugasnya
4. Bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “kemandirian”
berasal dari kata mandiri yang berarti keadaan dapat berdiri sendiri; tidak
bergantung pada orang lain. Dan karier berarti keahlian (hobi dsb) yang
diamalkan dalam masyarakat atau dijadikan sumber kehidupan; atau kemajuan dalam
kehidupan; perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan,atau jabatan.
Kemandirian merupakan salah satu tugas pokok dari
perkembangan. Untuk pencapaiannya harus diterapkan sejak dini dalam diri anak
agar anak mampu melaksanakan segala sesuatunya dengan kemampuannya sendiri yang
dominan, dimana anak tersebut mampu menyelesaikan tugas dengan kemampuannya
tanpa di dominasi bantuan dari orang lain. Dari definisi di atas maka dapatlah
diambil pengertian kemandirian adalah keadaan seseorang yang dapat berdiri
sendiri yang tumbuh dan berkembang karena disiplin dan komitmen sehingga dapat
menentukan diri sendiri yang dinyatakan dalam tindakan dan perilaku yang dapat
dinilai.
Kemandirian pada remaja lebih mengarah tindakan yang
melibatkan hati dan pemikirannya (psikis). Hal ini diperkuat pernyataan ahli
perkembangan yang menyatakan: "Berbeda dengan kemandirian pada masa
anak-anak yang lebih bersifat motorik, seperti berusaha makan sendiri, mandi
dan berpakaian sendiri, pada masa remaja kemandirian tersebut lebih bersifat
psikologis, seperti membuat keputusan sendiri dan kebebasan berperilaku sesuai
dengan keinginannya".
Memberikan kesempatan pada remaja untuk menentukan
pilihan-pilihan sederhana akan menumbuhkan rasa percaya diri dalam dirinya
sehingga seterusnya ia akan mampu memutuskan perkara yang lebih pelik.
a. Karakteristik
perkembangan kemandirian pada anak
Kemandirian
pada anak di usia-usia tertentu di tandai dengan beberapa perilaku anak, yaitu:
1) Usia
1-2 tahun : anak mampu minum dari gelasnya
sendiri tanpa tumpah,
mulai makan sendiri dengan
menggunakan
sendok.
2) Usia
2-3 tahun :
memberitahu orang dewasa kala ingin buang air
3) Usia
3-4 tahun : anak mampu ke kamar
mandi sendiri
4) Usia
5-7 tahun : anak mampu berpakaian
sendiri, mengikat simpul
tali
sepatu
5) Usia 8-10 tahun : anak sudah mampu membenahai
peralatan pribadinya
seperti menyiapkan buku sesuai jadwal pelajaran, mampu memenuhi kebutuhan sendiri seperti, memasak mie instan saat orang orang tua tidak di rumah.
2.2
Tingkatan
dan Karakteristik Kemandirian Peserta Didik
Sebagai
suatu dimensi psikologi yang kompleks,kemandirian dalam perkembangannya
memiliki tingkatan-tingkatan. Perkembangan kemandirian seseorang berlangsung
secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan kemandirian tersebut.
Menurut Lovinger (Sunaryo Kartadinata,1988), mengemukakan tingkatan kemandirian
dan karakteristiknya, yaitu:
1. Tingkat
pertama, adalah tingkatan implusif dan melindungi diri. Tingkatan ini mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Peduli terhadap control dan keuntungan
yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.
b. Mengikuti
aturan secara spontanistik dan hedonistic.
c. Berfikir
tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu ( stereotype).
d. Cenderung
melihat kehidupan sebagai zero-sum games.
e. Cenderung menyalahkan
dan mencela orang lain serta lingkunganya.
2. Tingkat
kedua, adalah konformistik. Ciri-cirinya adalah :
a. Peduli
terhadap penampilan diri dan penerimaan social
b. Cenderung
berfikir stereotype dan klise
c. Peduli akan konformitas terhadap
aturan eksternal
d. Bertindak
dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian
e. Menyamakan diri dalam ekspresi emosi
dan kurangnya intropeksi
f. Perbedaan
kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal
g. Takut tiadak
diterima kelompok
h. Tidak sensitif
terhadap keindividualan
i.
Merasa berdosa jika melanggar aturan
3. Tingkatan
ketiga, adalah tingkat sadar diri :
a. Mampu
berfikir alternative
b. Melihat
harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi
c. Memikirkan
cara hidup
d. Penyesuaian
terhadap situasi dan peranan
e. Menekankan
pada pentingnya memecahkan masalah
4. Tingkat
keempat, adalah tingkat saksama (conscientious). Ciri-cirinya adalah :
a. Bertindak
atas dasar nilai-nilai internal
b. Sadar akan
tanggung jawab
c. Mampu melakukan
kritik dan penilaian diri
d. Memiliki
tujuan jangka panjang
e. Berfikir
lebih kompleks dan atas dasar pola analisis
5. Tingkatan
kelima, adalah tingkat individualistis. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:
a. Peningkatan
kesadaran individualitas
b. Kesadaran akan
konflik emosional antara kemandirian dengan keter-gantungan
c. Menjadi lebih toleran terhadap diri
sendiri dan orang lain
d. Mengenal
eksistensi perbedaan individual
e. Mampu
bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan
f. Membedakan
kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya
g. Mengenal
kompleksitas diri
h. Peduli akan
perkembangan dan masalah-masalah social
6. Tingkatan
keenam, adalah tingkat mandiri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a. Memiliki
pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan
b. Cenderung
besikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain
c. Peduli
terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan social
d. Mampu
mengintregrasikan nilai-nilai yang bertentangan
e. Toleran
terhadap ambiguitas
f. Peduli akan
pemenuhan diri (self-fulfilment)
g. Ada
keberanian untuk menyelesaikan konflik internal
h. Responsif
terhadap kemandirian orang lain
i.
Sadar akan adanya saling ketergantungan
dengan orang lain
j.
Mampu mengekpresikan perasaan dengan
penuh keyakinan dan keceriaan.
2.3
Tipe-tipe
Perkembangan kemandirian Pada Anak dan Remaja
Kemandirian
dapat dilihat dari beberapa aspek seperti yang dikemukakan oleh Havighurst
(1972), yang menyatakan bahwa kemandirian memiliki beberapa aspek, yaitu:
1. Aspek
Intelektual, yang merujuk pada kemampuan berpikir, menalar, memahami beragam
kondisi, situasi, dan gejala-gejala masalah sebagai dasar usaha mengatasi
masalah
2. Aspek
Sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif membina relasi
sosial, namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain di sekitarnya
3. Aspek
Emosi, menunjukkan kemampuan individu untuk mengelola serta mengendalikan emosi
dan reaksinya, dengan tidak tergantung secara emosi pada orang tua
4. Aspek
Ekonomi, menujukkan kemandirian dalam hal mengatur ekonomi dan
kebutuhan-kebutuhan ekonomi, dan tidak lagi tergantung pada orang tua.
Steinberg (1995) membagi kemandirian dalam tiga tipe, yaitu
kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral autonomy), dan kemandirian nilai (values autonomy).
1. Kemandirian
Emosional
Kemandirian emosional
dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengelola emosinya, seperti pemudaran
ikatan emosional anak dengan orang tua. Percepatan pemudaran hubungan itu
terjadi seiring dengan semakin mandirinya remaja dalam mengurus diri sendiri. Konsekuensi dari semakin mampunya
remaja mengurus dirinya sendiri maka waktu yang diluangkan orang tua terhadap
anak semakin berkurang dengan sangat tajam. Proses ini sedikit besarnya
memberikan peluang bagi remaja untuk mengembangkan kemandiriannya terutama
kemandirian emosional. Disamping itu, hubungan antara anak dan lingkungan
sebaya yang lebih intens dibanding dengan hubungan anak dengan orang tua
menyebabkan hubungan emosional anak dan orang tua semakin pudar. Kedua pihak
ini lambat laun akan mengendorkan simpul-simpul ikatan emosional infantil anak
dengan orang tua.
(Steinberg, 1995), namun ini
bukan berarti anak akan melalukan pemberontakan
terhadap orang tua, ini hanya masalah kedekatan yang berbeda, memudar bukan
berarti pupus tak bersisa, walau bagaimanapun ikatan batin tetap akan terjalin
antara anak dan orang tua. Menurut Silverberg dan Steinberg (1995) ada empat
aspek kemandirian emosional remaja,
yaitu:
a. Sejauh
mana remaja mampu melakukan de-idealized terhadap orang tua
b. Sejauh
mana remaja mampu memandang orang tua sebagai orang dewasa umumnya (parents as
people),
c. Sejauh
mana remaja tergantung kepada kemampuannya sendiri tanpa mengharapkan bantuan
emosional orang lain (non dependency),
d.
Sejauh mana remaja
mampu melakukan individualisasi di dalam hubungannya dengan orang tua.
2. Kemandirian Behavioral
Kemandirian perilaku (behavioral
autonomy) merupakan kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan mengambil
keputusan tanpa ada campur tangan dari orang lain. Tapi bukan berarti mereka
tidak memerlukan masukan dari orang lain, mereka akan menggunakan maskukan
tersebut sebagai referensi baginya dalam mengambil keputusan.
Menurut Steinberg (1995) ada tiga domain kemandirian perilaku
(behavioral autonomy) yang berkembang pada masa remaja.
Pertama, mereka memiliki kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh:
Menurut Steinberg (1995) ada tiga domain kemandirian perilaku
(behavioral autonomy) yang berkembang pada masa remaja.
Pertama, mereka memiliki kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh:
a.
Menyadari adanya resiko dari tingkah
lakunya,
b.
Memilih alternatif pemecahan masalah
didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain
c.
Bertanggung jawab atas konsekuensi dari
keputusan yang diambilnya.
Kedua, mereka memiliki
kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang
ditandai oleh :
a.
Tidak mudah terpengaruh dalam situasi
yang menuntut konformitas,
b.
Tidak mudah terpengaruh tekanan teman
sebaya dan orang tua dalam mengambil
keputusan,
c. Memasuki kelompok sosial tanpa
tekanan.
Ketiga, mereka memiliki rasa percaya
diri (self reliance) yang ditandai oleh:
a.
Merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
di rumah dan di sekolah,
b.
Merasa mampu memenuhi tanggung jawab di
rumah dan di sekolah,
c.
Merasa mampu mengatasi sendiri
masalahnya,
d.
Berani mengemukakan
ide atau gagasan.
3. Kemandirian
Nilai
Kemandirian nilai (values autonomy)
merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas bagaimana proses berlangsung
dan pencapaiannya, terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya
tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai secara
sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya. Kemandirian nilai (values
autonomy) yang dimaksud adalah kemampuan individu menolak tekanan untuk
mengikuti tuntutan orang lain tentang keyakinan (belief) dalam bidang nilai.
2.4
Factor
yang Dapat
Mempengaruhi Perkembangan Kemandirian Anak dan Remaja
Kemandirian merupakan aspek yang berkembang dalam diri setiap orang,
yang bentuknya sangat beragam, pada tiap orang yang berbeda, tergantung pada
proses perkembangan dan proses belajar yang dialami masing-masing orang. Ada
banyak factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian anak, namun ada
beberapa factor yang sangat berperan banyak dalam membentuk kemandirian anak.
Faktor-Faktor
Yang Memengaruhi Kemandirian anak dan Remaja.
1.
Gen atau keturunan orang tua. Orang tua yang
memiliki sifat kemandirian tinggi
seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun, factor
keturunan ini masih menjadi persebatan karena ada yang berpendapat bahwa
sesunguuhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu menurun kepada anaknya,
melainkan sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orangtua mendidik anaknya.
2.
Pola asuh orang tua. Orang tua yang
terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata jangan kepada anaknya tanpa
disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan
kemandirian
3.
Sistem pendidikan di sekolah. Proses
pendidikan disekolah yang tidak mengembangkan demokrasi pendidikan dan
cenderung menekankan indoktrinisasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan
kemandirianremaja.
4.
Sistem kehidupan di masyarakat. Sistem
kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur
social, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang mengahargai manifestasi
potensu remaja dalam kegitan prosuktif dapat menghambat kelancaran perkembangan
kemandirian remaja.
Upaya Pengembangan Kemandirian, sesuai dengan fase perkembangannya, upaya pengembangan remaja dapat
dilakukan melalui:
1. Penciptaan partisipasi dan
keterlibatan remaja secara penuh dalam keluarga.
2. Penciptaan keterbukaan komunikasi
dalam keluarga.
3. Penciptaan kebebasan mengeksplorasi
lingkungan.
4. Penerimaan remaja secara positif
tanpa syarat atau tanpa pamrih.
5. Penciptaan komunikasi empati dengan
remaja.
6. Penciptaan kehangatan interaksi
dengan remaja.
2.5
Pengertian Karier
Karier
sering diartikan sebagai pekerjaan atau profesi seseorang yang menghasilkan
sesuatu dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan tidak serta merta merupakan
karier. Kata pekerjaan (work, job, employment) menunjuk pada setiap kegiatan
yang menghasilkan barang atau jasa, sedangkan kata karier (career) lebih
menunjuk pada pekerjaan atau jabatan yang ditekuni dan diyakini sebagai
panggilan hidup, yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan seseorang,
serta mewarnai seluruh gaya hidupnya. Maka dari itu pemilihan karier lebih
memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang dari pada kalau sekedar
mendapat pekerjaan yang sifatnya sementara waktu. Mengingat betapa pentingnya
masalah karier dalam kehidupan manusia, maka sejak dini anak perlu dipersiapkan
dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara
memberikan pendidikan dan bimbingan karier yang berkelanjutan.
2.6
Orientasi
Karier Pada Anak dan
Remaja
Pendekatan karier bagi anak dan remaja bukanlah proses dimana anak
dibentuk menjadi seorang yang khusus menggeluti salah satu bidang, seperti
bagaimana menjadi seorang insinyur, dokter ataupun petani. Tapi oreintasi
karier pada anak dan remaja merupakan tahap dimana anak dan remaja dikenalkan
dengan dunia yang akan digelutinya kelak.
Pemahaman anak mengenai cita-cita dan masa depan harus diarahkan sejak
dini, sejak usia sekolah dasar anak harus digiring pada hal-hal yang mereka
minati, sehingga tiap perkembangan usia dan tingkat intelektualnya anak tahu bidang
apa yang akan dia tekuni selanjutnya. Sehingga proses pendidikan di sekolah
akan diikuti dengan baik dan antusias, karena anak tau manfaat dari ilmu yang
ia pelajari, dengan demikian sekolah mampu mencetak generasi berkualitas dan
professional di bidangnya.
proses pilihan karier itu terjadi sepanjang hidup manusia, artinya bahwa
suatu ketika dimungkinkan orang berubah pikiran. Hal ini berarti bahwa pilihan
karier tidaklah terjadi sekali saja dalam hidup manusia. Di samping itu
Ginzberg juga menyadari bahwa faktor peluang/kesempatan memegang peranan yang
amat penting. Meskipun seorang remaja sudah menentukan pilihan kariernya
berdasar minat, bakat, dan nilai yang ia yakini, tetapi kalau
peluang/kesempatan untuk bekerja pada bidang itu tertutup karena "tidak
ada lowongan", maka karier yang dicita-citakan akhirnya tidak bisa
terwujud. Dan pada akhirnya Tuhan-lah yang menentukan segalanya, manusia hanya
berkemampuan untuk berusaha semampunya
2.7
Karakteristik
Fase Perkembangan Karier Anak Dan Remaja Berdasarkan Usia
Menurut
Ginzberg proses pemilihan karier tidak hanya terjadi sekali saja melainkan
mengalami suatu proses perkembangan yang meliputi jangka waktu. Pada umumnya
mencakup kurun waktu selama enam hingga sepuluh tahun, yang dimulai dari
sekitar usia 11 tahun dan berakhir sesudah usia 17 tahun atau awal masa dewasa.
Terdapat tiga periode atau tahapan dalam proses pemilihan pekerjaan yaitu
periode fantasi, tentatif, dan realistic dengan karakteristik sebagai berikut:
Periode
|
Usia
|
Karakteristik
|
Fantasi
|
Masa kanak-kanak
(sebelum usia 11 tahun)
|
Pada
tahap awal ini orientasi pekerjaan tampak dalam permainan yang murni. Menjelang
akhir tahap ini permainan
menjadi
orientasi pekerjaan
|
Tentative
|
Awal
masa remaja (usia 11–17 tahun)
|
Proses transisi yang ditandai oleh pengenalan secara berangsur-angsur
persyaratan kerja. Pengenalan terhadap perspektif bakat, minat, kemampuan, kecakapan,
imbalan kerja, nilai dan waktu.
|
Realistik
|
Pertengahan
masa remaja (usia 17 tahun sampai awal
masa dewasa)
|
Pengintegrasian kemampuan dan minat.
Kelanjutan perkembangan nilai-nilai.
Spesifikasi pilihan okupasi dan kristalisasi pola-pola
okupasi.
|
Menurut Ginzberg perkembangan karier dibagi menjadi 3 (tiga) tahap
pokok, yaitu:
1.Tahap
Fantasi : 0 – 11 tahun (masa Sekolah Dasar)
Pada tahap ini anak mulai
berfantasi mengenai cita-citanya, seperti berperan sebagai dokter, polisi,
penyanyi dan lain-lain. Fantasi ini banyak dipengaruhi oleh lingkungannya baik
itu di kehidupan nyata atau hanya sekedar melalui media, seperti televise
ataupun internet. Pada tahap ini anak menentukan kariernya tanpa pertimbangan
yang rasional.
2.Tahap
Tentatif : 12 – 18 tahun (masa Sekolah Menengah)
Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada yang lebih berminat di bidang seni, sedangkan yang lain lebih berminat di bidang olah raga. Demikian juga mereka mulai sadar bahwa kemampuan mereka juga berbeda satu sama lain. Ada yang lebih mampu dalam bidang matematika, sedang yang lain dalam bidang bahasa, atau lain lagi bidang olah raga.
Tahap tentatif dibagi menjadi 4 (empat) sub tahap, yakni:
Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada yang lebih berminat di bidang seni, sedangkan yang lain lebih berminat di bidang olah raga. Demikian juga mereka mulai sadar bahwa kemampuan mereka juga berbeda satu sama lain. Ada yang lebih mampu dalam bidang matematika, sedang yang lain dalam bidang bahasa, atau lain lagi bidang olah raga.
Tahap tentatif dibagi menjadi 4 (empat) sub tahap, yakni:
a. Sub
tahap Minat (11-12tahun) anak cenderung malakukan
pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan hanya yang sesuai dengan minat dan
kesukaan mereka saja.
b. Sub
tahap Kapasitas kemampuan (13-14 tahun) anak mulai melakukan
pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuan masing-masing, di samping minat
dan hobinya
c. Sub
tahap Nilai (15-16 tahun) anak
sudah bisa membedakan mana kegiatan/pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan
mana yang kurang dihargai
d. Sub
tahap Transisi (17-18 tahun) anak
sudah mampu memikirkan atau "merencanakan" karier mereka berdasarkan
minat, kamampuan dan nilai-nilai yang ingindiperjuangkan.
3.Tahap
Realistis : 19 – 25 tahun (masa Perguruan Tinggi)
Pada usia perguruan tinggi (18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap reasiltis, di mana mereka sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar. Lebih lagi, mereka juga sudah lebih menyadari berbagai bidang pekerjaan dengan segala konsekuensi dan tuntutannya masing-masing. Oleh sebab itu pada tahap realistis seorang remaja sudah mampu membuat perencanaan karier secara lebih rasional dan obyektif.
Pada usia perguruan tinggi (18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap reasiltis, di mana mereka sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar. Lebih lagi, mereka juga sudah lebih menyadari berbagai bidang pekerjaan dengan segala konsekuensi dan tuntutannya masing-masing. Oleh sebab itu pada tahap realistis seorang remaja sudah mampu membuat perencanaan karier secara lebih rasional dan obyektif.
Sedangkan menurut Donald Super perkembangan
karier manusia dapat dibagi menjadi 5 (lima) fase, yaitu:
a) Fase
pengembangan (Growth) yang meliputi masa kecil sampai usia 15 tahun. Dalam fase
ini anak mengembangkan bakat-bakat, minat, kebutuhan, dan potensi, yang
akhirnya dipadukan dalam struktur konsep diri (self-concept structure);
b) Fase
eksplorasi (exploration) antara umur 16-24 tahun, di mana saat ini remaja mulai
memikirkan beberapa alternatif pekerjaan tetapi belum mengambil keputusan yang
mengikat;
3 Fase pemantapan (establishment), antara umur 25 – 44 tahun. Pada fase ini remaja sudah memilih karier tertentu dan mendapatkan berbagai pengalaman positif maupun negatif dari pekerjaannya. Dengan pengalaman yang diperoleh ia lalu bisa menentukan apakah ia akan terus dengan karier yang telah dijalani atau berubah haluan.
3 Fase pemantapan (establishment), antara umur 25 – 44 tahun. Pada fase ini remaja sudah memilih karier tertentu dan mendapatkan berbagai pengalaman positif maupun negatif dari pekerjaannya. Dengan pengalaman yang diperoleh ia lalu bisa menentukan apakah ia akan terus dengan karier yang telah dijalani atau berubah haluan.
c) Fase
pembinaan (maintenance) antara umur 44 – 65 tahun, di mana orang sudah mantab
dengan pekerjaannya dan memeliharanya agar dia bertekun sampai akhir;
d) Fase
kemunduran (decline), masa sesudah pensiun atau melepaskan jabatan tertentu.
Dalam fase ini orang membebaskan diri dari dunia kerjaformal.
2.8
Factor
yang dapat Mempengaruhi Perkembangan Karier Anak dan Remaja
Faktor yang mempengaruhi perkembangan
karier anak dan remaja dibagi menjadi dua bagian:
1.
Faktor Internal
a.
Motivasi dalam diri anak sendiri
b.
Kesadaran anak pada kemampuan dan minat
yang dimiliki
2.
Faktor Eksternal
a.
Keluarga
b.
Pendidikan Sekolah.
c.
Lingkungan sekitar, baik itu teman
sebaya ataupun media informasi.
2.9 Perkembangan
Remaja Dalam Berkarir
Menurut Teori Tipe Kepribadian Holland,
dijelaskan
bahwa perlu dilakukan sesuatu usaha agar pilihan karir seseorang sesuai
dengan kepribadiannya. Bila seseorang menemukan karir yang sesuai dengan
kepribadiannya, maka ia akan lebih menikmati pekerjaan tersebut dan bekerja di bidang
tersebut lebih lama daripada orang yang bekerja di bidang yang tidak cocok
dengan kepribadiannya. Menurut Holland ada 6 tipe kepribadian yang perlu
dipertimbangkan saat mencari kecocokan antara aspek-aspek psikologis seseorang
dengan karir mana yang akan dipilih, yaitu :
a) Realistis. Orang yang memperlihatkan karakteristik maskulin.
Kuat secara fisik, menyelesaikan masalah dari sisi praktisnya dan memiliki
kemampuan sosial yang rendah. Mereka paling cocok bekerja pada situasi praktis
sebagai buruh, petani, pengemudi bis, dan tukang bangunan.
b) Intelektual. Orang-orang ini memiliki orientasi konseptual dan
teoretis. Mereka lebih tepat menjadi pemikir daripada pekerja. Mereka
seringkali menghindari hubungan interpersonal dan paling cocok untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan matematika atau keilmuan.
c) Sosial. Orang-orang ini sering memperlihatkan trait feminin,
khususnya yang berhubungan dengan kemampuan verbal dan interpersonal. Mereka
paling mungkin dipersiapkan untuk masuk profesi yang berhubungan dengan orang
banyak seperti mengajar, menjadi pekerja sosial, konseling.
d) Konvensional. Orang-orang ini memperlihatkan ketidaksenangannya
terhadap kegiatan yang tidak teratur dengan rapi. Mereka paling cocok menjadi
bawahan, seperti sekretaris, teller bank, atau pekerjaan administratif lainnya.
e) Menguasai (enterprising). Orang-orang ini menggunakan kata-katanya untuk
memimpin orang lain, mendominasi orang lain, dan menjual berita tau produk.
Mereka paling cocok memiliki karir yang berhubungan dengan penjualan, sales,
politikus, atau manajemen.
f) Artistik. Mereka adalah orang yang lebih suka berinteraksi
dengan dunia mereka melalui ekspresi seni, menghindari situasi interpersonal
serta konvensional dalam banyak kasus. Para remaja tipe ini sebaiknya diarahkan
ke karir seni atau penulisan.
2.10 Implikasi Perkembangan
Kemandirian Peserta Didik dalam Pendidikan
Kemandirian adalah kecakapan
yang berkembang secara rentang kehidupan Individu, yang sangat dipengaruhi oleh
factor –faktor pengalaman dan
pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan disekolah perlu melakukan
upaya-upaya pengembangan kemandirian peserta didik , di antaranya :
1. Mengembangkan proses belajar
mengajar yang demokratis, yang memungkinkan anak merasa diahargai.
2. Mendorong anak untuk berpartisipasi
aktif dalam pengambilan keputusandan dalam berbagai kegiatan sekolah.
3. Memberi kebebasan kepada anak untuk
mengeksplorasi lingkungan , mendorong rasa ingin tahu mereka.
4. Penerimann positif tanpa syarat
kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang
lain.
5. Menjalin hubungan yang harmonis dan
akrab dengan anak
2.11 Implikasi Teori Ginzberg Terhadap
Karier bagi Bimbingan Konseling
Adapun implikasi perkembangan dan
pemilihan karier menurut Ginzberg bagi Bimbingan dan konseling adalah sebagai
berikut:
1) Perkembangan karier merupakan salah
satu aspek dari keseluruhan proses
perkembangan individu dan pilihan yang berkaitan dengan jabatan dimasa depan.
Hal ini berlangsung selaras dengan perkembangan karier. Jika proses
perkembangan individu tidak berjalan sebagaimana mestinya maka laju
perkembangan karier juga tidak akan berjalan lancar dan banyak pilihan karier
akan menunjukkan kekurangan yang berat. Karena itu, bimbingan karier harus
direncanakan dan dikelola dengan maksud menunjang perkembangan karier individu,
sesuai dengan tahap perkembangan diberbagai jenjang pendidikan disekolah.
2) Pengenalan terhadap minat,
kapasitas, yang dimiliki siswa dan perangkat
nilai yang dianutnya akan sangat diperlukan oleh guru pembimbing dalam upaya
mengembangkan, membina, dan mengarah siswa pada pola-pola vokasional dan
atau pemilihan pendidikan yang tepat dan selaras dengan kondisi dan pilihan
karier tersebut
3) Informasi karier atau pekerjaan oleh
guru pembimbing akan lebih memungkinkan siswa untuk dapat mengenal berbagai jenis
pekerjaan dan pola karier yang dapat mereka pilih setelah menyelesaikan
pendidikannya. Layanan seperti ini juga dapat membantu siswa dalam mengenal
secara seksama arah minat dan kemampuan (potensi diri). Menurut Munandir
(1996:250) informasi yang dapat diberikan berkenaan dengan informasi
jenis-jenis pekerjaan dan informasi jenis-jenis pendidikan. Bentuk lain materi
layanan informasi karier yang juga dapat diberikan guru pembimbing adalah
dengan penyediaan berbagai sumber informasi pekerjaan, jabatan dan karier,
penyediaan papan media bimbingan, dan penyediaan sumber-sumber informasi jabatan
4) Pilihan jabatan tidak dibuat sekali
saja dan tidak definitive dengan sekali memilih saja. Individu membuat suatu
rangakain pilihan yang berkesinambungan dan bertahap, dari pilihan yang masih
bersifat agak luas dengan memilih bidang jabatan sampai jabatan tertentu
dibidang itu. Hal ini bertujuan memberikan gambaran diri yang merupakan garis
dasar untuk menyambung dan memadukan semua pilihan yang dibuat. Karena itu, bimbingan
karier harus menunjang individu untuk mengenal dirinya sendiri dengan lebih
baik. Pemahaman diri ini menjadi benang merah dalam menyusun rencana masa depan
dan semua pilihan yang dibuat mendapat maknanya sebagai implementasi konkret
dari konsep diri.
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
Kemandirian adalah usaha untuk
melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui
proses mencari identitas ego yaitu merupakan perkembangan kearah individualitas
yang mantap dan berdiri sendiri.
Karier
yang merupakan pekerjaan atau profesi seseorang yang menghasilkan sesuatu dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Dari pengertian
kemandirian dan karier maka perkembangan
kemandirian karier anak dan remaja
dapat dimaknai sebagai proses progresif menuju kematangan seorang individu
dalam menjalani hidup dengan usaha dirinya sendiri dan kemampuannya dalam
mengambil peran dalam kehidupan di masyarakat dalam fase anak dan remaja dan
orientasinya di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, Juliana. 2013. Perkembangan
dan Pemilihan Karier Menurut Ginzberg dan Implikasinya terhadap Bimbingan dan
Konseling. (Jurnal).
http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 1 Nomor 1, Februari 2013,
Hlm 43-47
Chaplin,
J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi.
(Diterjemahkan oleh Kartini Kartono). Jakarta: PT Radja Grafindo Persada
Newijayanto.
2011. Karakteristik Perkembangan
Kemandirian. (Online). http://newijayanto.blogspot.com/2011/12/karakteristik-perkembangan-kemandirian.html
Sunaryo,
Kartadinata. 1988. Profil Kemandirian dan
Orientasi Timbangan Sosial Mahasiswa serta Kaitannya dengan Prilaku
Empatik dan Orientasi Nilai Rujukan. Bandung: UPI
Vitahafyan.
2011. Pengembangan Kemandirian Peserta
Didik. (online). http://vitahafyan.blogspot.com/2011/12/pengembangan-kemandirian-peserta-didik.html.
Comments
Post a Comment