untuk cover makalahnya bisa klik disini
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori Jean Piaget tentang perkembangan
kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan
hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang
berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus
menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan
sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan menjadi
objektif dalam masa dewasa awal.
Perkembangan cara berfikir yang
berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi tindakan dari bayi, pra
operasi, operasi kongkrit dan opersai formal. Piaget juga memberikan proses
pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, ia menguraikan pengalaman
fisik atau pengetahuan eksogen, yang merupakan abstraksi dari ciri – ciri dari
obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan endogen disusun melalui
reorganisasi proses pemikiran anak didik .Sruktur tindakan, operasi kongkrit
dan operasai formal dibangun dengan jalan logis – matematis.
2.1
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian teori piaget itu.?
2. Bagaimana
perkembanagan kognitif itu?
3. Bagaimana
teori perkembangan Piaget?
4. Bagaimana
implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran?
1.1
Tujuan
1. Menjelaskan
pengertian dari kognitif.
2. Menjelaskan
perkembangan kognitif.
3. Menjelaskan
tentang teori perkembangan Piaget.
4. Menjelaskan
implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Kognitif
Kognitif
adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif
diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa
(analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional
(akal).Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh
sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan
pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons
terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari kita
sering mendengar kata kognitif.Dari aspek tenaga pendidik misalnya.Seorang guru
diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus
memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran,
pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan
sebagainya.
2.2
Perkembangan
Kognitif
Masa
remaja adalah suatu periode kehidupan di mana kapasitas untuk memperoleh dan
menggunakan pengetahuan secara efesien mencapai puncaknya (Mussen, Conger dan
Kagen, 1969).Hal ini karena selama masa periode ini, proses pertuumbuhan otak
mencapai kesempurnaan.Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi
berkembang dengan cepat. Di samping itu, pada masa remaja ini juga terjadi
reorganisasi lingkungan saraf prontal
lobe (belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau celah sentral). Prontal lobe ini berfungsi dalam
aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan
strategis atau kemampuan menganbil keputusan (Carol dan David R., 1995).
Perkembangan
protal lobe tersebut sangat
berpengaruh terhadap kemampuan kognitif remaja, sehingga mereka mengenbangkan
kemampuan penalaran yang memberinya suatu tingkat pertimbangan moral dan
kesadaran sosial yang baru. Di samping itu, sebagai anak muda yang telah
memiliki kemampuan memahami pemikirannya sendiri dan pemikirang orang lain,
remaja mulai membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang tentang dirinya.
Ketika kemampuan kognitif mereka mencapai kematangan, diharapkan dan melakukan
kritik terhadap masyarakat mereka, orang tua mereka, dan bahkan terhadap
kekurangan diri mereka sendiri (Myers, 1996).
Kemudian,
dengan kekuatan baru dalam penalaran yang dimilikinya, menjadikan remaja mampu
membuat pertimbangan dan melakukan perdebatan sekitar topik-topik abstrak
tentang manusia, kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan keadilan. Kalau pada
masa awal anak - anak ketika mereka baru
memiliki kemampuan berpikir simbolik – Tuhan dibayngkan sebagai person yang
berad adi awan, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep
yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi (Myers, 1996).
2.3
Tahap-Tahap
Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, pikiran anak-anak
dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa atau pengaruh lingkungan lainnya.
Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungan untuk berkembang, namun
merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru dalam dirinya.Piaget
juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam memahami dunia.
Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berfikir yang
khas/berbeda.
Tahapan
perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:
1.Tahap
Sensori Motor.
Tahap
ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun.
Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensori(seperti melihat dan mendengar) dengan
tindakan-tindakan fisik.Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan
kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka
seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan
dunianya.
2.Tahap
Pemikiran Pra-Operasional
Tahap
ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai
melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget,
walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun
mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “ Operation (operasi) ”, yaitu
tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan
secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.
Perbedaan
tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak mempergunakan
simbol”.
3. Tahap
Operasi berfikir Kongkret
Tahap
ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan
system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah
mengembangkan operasi logis.
4. Tahap
Operasi berfikir Formal
Tahap
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut
sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk
berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia.
Pada
tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu
bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh:
ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah
seorang anak yang masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan
berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari
satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir
formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu
mogok. Bisa jadi karena businya mati, atau karena platinanya, dll.
Seorang
remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi, sehingga ia dapat
bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang
kompleks. Remaja dapat berfikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan
kemungkinan yang ada.Dan remaja dapat berfikir efektif karena dapat melihat
pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.
2.4
Perkembangan
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan
(decison making) merupakan salah satu bentukperbuatan berpikir dan hasil dari
perbuatan itu disebut keputusan.Ini berarti bahwa dengan melihat bagaimana
seorang remaja mengambil suatu keputusan, maka dapat diketahui perkembangan
pemikirannya.Remaja adalah masa di mana terjadi peningkatan pengambilan
keputusan. Dalam hal ini mulai mengambil keputusan-keputusan tentang masa
depan, keputusan dalam memilih teman, keputusan tentang apakah melanjutkan
kuliah setamat SMA atau mencari kerja, keputusan untuk mengikuti les bahasa
inggris atau komputer, dan seterusnya.
Dalam
hal ini pengambilan keputusan ini, remaja yang lebih tua ternyata lebih
kompeten daripada remaja yang lebih muda, sekaligus lebih kompeten dibandingkan
dengan anak-anak.Dibangdingkan dengan
anak-anak, remaja yang lebih muda cenderung menghasilkan pilihan-pilihan,
menguji situasi dari berbagai perspektif, mengantisipasi akibat dari
keputusan-keputusan, dan mempetimbangkan kredibilitas sumber-sumber.Akan
tetapi, apabila dibangdingkan dengan remaja yang lebih tua, remaja yang lebih
muda memiliki kemampuan yang kurang dalam keterampilan penganbialan keputusan
(Santrock, 1995).
Meskipun
demikian, keterampilan pengambilan keputusan oleh remaja yang lebih tua
seringkali jauh dari sempurna, dan kemampuan untuk mengambil keputusan tidak
menjamin bahwa keputusan semacam itu akan dibuat dalam kehidupan sehari-hari,
di mana luasnya pengalaman sering memainkan peran yang sangat penting. Untuk
itu, remaja perlu memiliki lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan
memdiskusikan pengambilan keputusan yang realistis.Banyak
keputusan-keputusan dunia nyata yang terjadi dalam atmosfer yang menegangkan,
yang meliputi faktor-faktor seperti hambatan waktu dan keterlibatan emosional.
Salah satu strategi untuk meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan
remaja terhadap pilihan-pilihan dalam dunia nyata, seperti masalah seks,
obat-obatan, dan kebut-kebutan di jalan adalah dengan mengembangkan lebih
banyak peluang bagi remaja untuk terlibat dalam permainan peran dan pemecahan
masalah kelompok yang berkaitan dengan kondisi-kondisi semacan itu di sekolah.
Tidak
jarang remaja terpaksa mengambil
keputusan-keputusan yang salah karena dipengaruhi oleh orientasi masyarakat
terhadap remaja dan kegagalan untuk memberi remaja pilihan-pilihan yang
memadai. Misalnya, keputusan seorang remaja yang tinggal di daerah minus di
pusat kota untuk terlibat dalam perdagangan obat –obatan terlarang walaupun
beresiko tinggi mungkin bukan akibat dari kegagalan remaja untuk
mempertimbangkan semua informasi yang relevan, tetapi mungkin merupakan hasil
pemikiran yang mengenai hal untung-rugi dalam situasi-situasi yang menekan,
yang menawarkan pilihanpilihan yang terbatas atau tidak ada alternatif lain.
Oleh sebab itu sebagaimana dikemukakan oleh Daniel Keating (1990), kalau
keputusan yang diambil remaja tidak disukai, maka kita perlu memberi mereka
suatu pilihan yang lebih bak untuk mereka pilih.
2.5
Implementasi
Dalam
Pembelajaran
Dalam
Pembelajaran dalam hal ini, peran seorang pendidik sangatlah vital. Beberapa
implementasi yang harus diketahui dan diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Memfokuskan
pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di
samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak
sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2. Pengenalan
dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri
dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget
penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak
didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan
lingkungan.
3. Tidak
menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak
seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan
terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang
sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
BAB
III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
DAFTAR
PUSTAKA
Mara’at, Samsunuwiyati.2013.Psikologi Perkembangan .Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mukhlis,
Hirmaningsih.2010.Teori Psikologi
Perkembangan.Pekanbaru: Psikologi Press
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html 21 April 2015 18:04 WIB
http://www.psikologizone.com/favicon.ico/Teori Kognitif Psikologi Perkembangan Jean
Piaget/ 21 April 2015 18:05 WIB.
Comments
Post a Comment